Namun mencetak anak menjadi seperti apa yang dicita-citakan tidak selalu mulus, seperti menulis di atas kertas putih. Banyak sekali rasa dan warna yang bercampur aduk, sehingga ada rasa bahagia, bangga, sedih, kesal atau apapun itu. Dan kalau kita insyafi, barulah kita sadar, betapa mulianya orang tua kita dulu yang berhasil menjadikan kita sebagai manusia seperti sekarang ini.
Sebagai rasa syukur kepada orang tua kita yang telah susah payah mendidik dan membesarkan kita, maka didik dan besarkanlah anak-anak kita dengan penuh kesabaran dan kasih sayang. Karena rumah adalah sekolah pertama yang harus mengajarkan budi pekerti, kesantunan dan kasih sayang. Dari sinilah (baca. rumah/ keluarga) bakat anak akan terasah dan berkembang, selain juga kebiasaan orang tua dan lingkungan sekitar yang akan membentuknya.
Sebagai orang tua, sayapun bersyukur dikaruniai seorang anak yang sehat, kadang penurut kadang juga tidak, kadang rajin kadang malasnya bukan main, kadang membuat tertawa kadang mengesalkan. Semua itu membuat saya semakin bersyukur, karena anak kami ini masih normal. Kami adalah sebuah keluarga sederhana, saya seorang guru dan istri saya seorang sarjana rumah tangga yang handal. Dan saya adalah orang yang paling beruntung karena istri saya mau berprinsip berinvestasi di rumah tangga dengan modal yang besar dengan tidak bekerja di luar, karena baginya anak adalah investasi besar untuk masa depan. Walaupun demikian, istri saya tidak mau menyianyiakan hasil sekolahnya hingga sarjana, ia rajin menulis dan honornya cukup untuk membantu dapur kami tetap ngepul. Dan kebiasaan menilis ini, setidaknya terwariskan menjadi bakat alami putra kami. Ia senang bercerita dan menulis.
Kamipun bersyukur, kami tinggal disekitar sanggar seni Saung Angklun Ujo Bandung. Dimana anak-anak sekitar dihimpun untuk dilatih berkesenian dan berkreasi, kemudian dipentaskan setiap hari kepada wisatawan lokal maupun mancanegara. Hasilnya luar biasa. Putra kami yang uisanya baru akan menginjak tujuh tahun pada bulan Agustus yang akan datang, sudah memiliki bakat yang luar biasa dalam bermusik, menari, bersosialisasi dan berbahasa.Selain itu, prestasi disekolahnyapun menjadi ter upgrade.
Selain itu, kecintaannya terhadap sepakbola juga masih ia tekuni. Tidak hanya pandai mengolah gerak dan angklung dipanggung pertunjukan, iapun berbakat mengolah sikulit bundar di atas lapangan hijau. Dan kebanggannya adalah, ketika ia menjadi boytacker tatkala legenda Timnas Indonesia bertanding melawan legenda English Premier League di Stadion Si Jalak Harupat Soreang Bandung. Sungguh pengalaman yang tak terlupakan baginya, karena bisa satu lapangan dengan para pemain hebat dan berbakat.
Itulah sekilas tentang anak kami. Semoga bisa digolongkan berbakat. Dan yang paling penting bagi kami sebagai orang tua adalah memiliki anak yang berbakat untuk berbakti kepada orang tua, bangsa dan agamanya. Semoga tidak hanya sebatas cita-cita. Anakku, kelak dengan bakat yang kau miliki itu, jelajahi dunia yang indah ini dengan tersenyum. Aamien.