Aaku sakit,
sakit yang kurasakan berbeda seperti yang dulu.
aku sakit.
kepalaku sakit,
ingin kubenturkan dalam air yang mengalir di kali itu
dadaku sesak,
ingin kusumbat saja
biar berhenti nafas dosaku ini.
jantungku berdetak keras,
keras seperti mesin di pabrik penggilingan tebu itu,
ingin kurajang supaya tak berdetak lagi.
Bunda;
Aku sakit,
Aku tak tahu seperti apa jika aku terus-menerus sakit,
Aku ingin seperti Ayah,
yang tegar dan kuat menghadapi rasa sakit di Dunia ini.
Bunda;
Aku tidak tahu seperti apa rupaku saat ini,
yang tercebur dalam hiruk-pikuk ketegangan batin dan Dunia.
Bunda;
Aku ingin bercerita padamu,
cerita seluruh rasa yang kurasakan.
Tentang awal cinta, tentang derita
yang dikumparkan demikian indah.
di mata, juga tentang sebuah sapuan basah bibir
tuk alirkan takdir yang tiada habisnya..
Meski lewat air mata, lewat sedih dan duka yang abadi
lalu mati dengan wajah yang tak murung lagi..
Bunda;
benarkah rasa itu semua bisa membuat sakit !?
seperti apakah rasanya ?
samakah seperti sakit yang kurasakan sekarang ini ?
Bunda;
Aku sakit,
tapi bunda takkan bisa sakit.
bunda sudah abadi dengan kebahagiaan disana,
tak ada sakit,
tak ada sedih,
tak ada duka..
Aku ingin seperti Bunda .!
Butir 2
di ujung musim,
kepalaku bengkak oleh pikiranaku
lalu memarkir bibir di bira
ku tulis sajak dalam kemabukan
seperti angin,
yang berputar dan menjelajah perbuktian
seperti burung yang bercicit dari dahan ke dahan
juga selaknat mayat yang terguling ke lahatdan dihajar gelap…
aku berharap
sajakku muram
serupa malam yang berderapke retina,
seperih nyanyi sunyi mengungsi ke bilikhati;
aku yang bercakap sendiri
aku berharap sajak yang menawar dahaga,
menggunting resah kepala…
tapi terngkorakku masih bergasing juga
berkelok di jalan-jalan berlubang
kadang terperangkap,
kadang bisa melenggang
sampai bunyi cericit roda pikiran
membentur dinding
menggelinding ke ruang tak dikenal,
tak terpahami,
ruang-ruang,
liar dari diri..
Silent in Home alone .
By ; jaju irawan