Ini bukan peraduan yang bersifat mengemis rasa kasihan dari siapapun. Namun, caci maki yang datang berganti-ganti begitu mengoyak hati dan pada akhirnya memberiku pelajaran bahwa; semua orang memiliki mata jasmani, namun tak semua orang memiliki mata hati. Banyak orang memekik keras berkata bahwa; karena kecacatannya, Ayah dan Ibuku tidak akan pernah bisa menjadi apa-apa, Ayah dan Ibuku tidak memiliki hak untuk bercita-cita, dan Ayah serta Ibuku mustahil bisa berbuat banyak untuk keberhasilan anak-anaknya. Seandainya hukum agama dan negara tidak berlaku, sudah kumutilasi semua orang yang berkata seperti itu. Luar biasanya, Ayah dan Ibu hanya mengulumkan senyumnya lalu berkata kepadaku;
 "Tidak apa-apa, nak. Memang begini keadaannya. Jangankan orang lain, bahkan jika anak Ayah pun ikut membenci Ayah karena kondisi yang sedemikian rupa hina tapi nyata, Ayah dan Ibu tidak apa-apa. Toh, kami memang tidak akan pernah bisa menjadi apa-apa, kami memang tidak memiliki hak untuk bercita-cita, dan memang mungkin kami mustahil  bisa berbuat banyak untuk masa depanmu nanti, nak".
KEMBALI KE ARTIKEL