Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Alam & Tekno

Nasib Petani Pinang: Kondisi, Refleksi, Solusi

26 Juli 2023   17:49 Diperbarui: 26 Juli 2023   17:52 339 2
Pinang adalah salah satu komoditas besar yang dimiliki di negeri ini. Cukup banyak penghasil biji pinang di Indonesia, pusatnya berada di Pulau Sumatera: Jambi, Aceh, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan dan Sumatera Utara. Saat ini biji pinang sudah menjadi komoditi perdagangan. Ekspor dari Indonesia diarahkan ke negaranegara Asia selatan seperti Pakistan, Thailand, India, Singapura, Myanmar, Nepal, Viet Nam, Sri Lanka, Bangladesh, dan Malaysia (Kementrian Perdagangan, 2017). Memang tidak sepopuler seperti komoditas eskpor lainnya seperti Kelapa Sawit, Karet,Batubara dan lain sebagainya, Pada 2021, nilai ekspor komoditas ini secara nasional mencapai US$ 357 juta. Provinsi Jambi turut berkontribusi besar, sekitar 40 persen dari nilai ekspor nasional. Nilai yang tidak sedikit tentunya, tapi produksi ini tumbuh progresif setiap tahunnya. Secara statistic, Indonesia adalah penguasa ekspor pinang secara global, lebih dari 60 persen ekspor pinang dunia berasal dari Indonesia (Badan Pusat Statiska, 2021). Pada sektor ini, Indonesia memainkan peran penting akan kebutuhan pinang global. Namun anjloknya harga pinang membuat petani kebingungan dan bahkan kehilangan mata pencaharian. Tahun 2022 harga pinang sempat menyentuh Rp. 22.000/kg untuk kategori kualitas pinang tertinggi, sementara hari ini berdasarkan observasi penulis harga pinang anjlok ke harga 8000-9000 untuk kualitas pinang tertinggi. Bahkan banyak petani yang melakukan penamaman ulang kebun pinang mereka dan beralih ke komiditas lain seperti Kelapa Sawit dan Pohon Karet karena harga yang anjlok drastis. Apa penyebabnya? Pinang Indonesia hanya bergantung pada ekspor saja. Sehingga kebijakan apapun yang terjadi di Negara tujuan Ekspor akan sangat mempengaruhi harga dan juga berpengaruh terhadap kelangsungan bisnis tersebut. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun