Meski begitu, bukan  berarti namanya benar-benar sudah hilang dari ruang publik. Pasalnya, beredar kabar mengenai beberapa pertemuannya dengan elit NasDem dan juga Anies Rasyid Baswedan.
Kabar tersebut kembali menguatkan spekulasi mengenai kemungkinan menantu mantan Ketua Badan Intelijen Negara (BIN) AM Hendropiyono itu didapuk sebagai calon wakil presiden (cawapres) pendamping Anies Baswedan untuk Pemilu 2024.
Kans Andika Perkasa ini tak terlepas dari elektabilitasnya yang cukup mumpuni. Kita masih ingat, beberapa waktu lalu nama Andika masuk sebagai satu dari tiga kandidat capres Nasdem, bersanding dengan nama mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Meski pada akhirnya Nasdem memutuskan untuk mengusung Anies sebagai capres 2024, namun kursi calon pendamping Anies masih belum diisi. Penunjukkan Andika cawapres Anies bisa menjadi solusi dari kebuntuan koalisi Nasdem-Demokrat-PKS soal sosok calon RI-2.
Sebab, meski sudah lama gembar-gembor bakal bekerja sama, ketiga partai belum juga resmi berkoalisi. Sudah bukan rahasia lagi, rencana pembentukan Koalisi Perubahan tersebut terganjal kata sepakat soal figur cawapres.
Terlepas dari spekulasi mengenai duet Anies-Andika Perkasa seperti yang kembali diramaikan, sikap Demokrat dan PKS masih belum berubah. Demokrat masih berupaya menggolkan Agus Harimurti Yudhoyono, sementara PKS juga masih keukeuh menjagokan Achmad Heryawan, Wakil Ketua Dewan Syuro PKS yang juga mantan Gubernur Jabar 2 periode.
Di tengah spekulasi mengenai usungan terbaru NasDem terkait cawapres pendamping Anies, yakni Andika Perkasa, kubu Demokrat menggelar pertemuan di Pacitan, Jatim. Di sisi lain, kubu PKS juga dikabarkan segera menggelar pertemuan internal. PKS memang sudah mewacanakan menentukan sikapnya pada Januari 2023.
Pertemuan Demokrat di Pacitan dipimpin langsung oleh Ketua Majelis Tinggi Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Ketua Umum Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Merujuk pemberitaan Kompas.com, pertemuan dilangsungkan secara tertutup di kompleks Museum dan Galeri Seni SBY & ANI, Sabtu (14/1) dan Minggu (15/1).
Pertemuan dari elit partai berlambang bintang mercy itu merupakan bentuk konsolidasi. Baik SBY maupun AHY menepis jika pertemuan itu secara khusus membahas soal Pemilu 2024, sejatinya Pilpres dan pencapresan AHY.
Soal cawapres, seperti disampaikan seorang elit Demokrat, tak dibahas secara khusus. Masalah itu memang disinggung, akan tetapi tidak dibahas secara khusus. Ia mengingatkan tetap terjalinnya komunikasi antara NasDem, Demokrat dan PKS.
Beberapa waktu lalu, NasDem pernah menegaskan bahwa rencana pembentukan Koalisi Perubahan bisa saja mandek seandainya Demokrat maupun PKS bersikeras mengajukan kandidat cawapresnya masing-masing. Koalisi Perubahan bisa bubar di tengah jalan.
Pernyataan elit NasDem tersebut langsung ditepis Demokrat dan PKS. Bagaimana koalisi bisa bubar kalau terbentuk saja belum? Namun, Demokrat maupun PKS juga sama-sama menyebutkan bahwa sejauh ini mereka tetap menyepakati pembentukan Koalisi Perubahan.
Dari Pacitan, SBY juga bicara soal pencapresan. Presiden ke-6 Republik Indonesia itu menegaskan bahwa calon presiden dan calon wakil presiden di Pilpres 2024 tak harus disiapkan khusus oleh pihak-pihak tertentu.
Pernyataan SBY belum mendapat respon dari kubu NasDem atau PKS. Tanggapan justru datang dari PDIP. Hendrawan Supratikno, politikus senior partai banteng moncong putih menegaskan bahwa pemimpin tidak terlahir begitu saja.
Pemimpin, kata Hendrawan Supratikno, lahir dari proses yang panjang dan merupakan hasil interaksi banyak faktor. Ada rangkaian kausalitas berlapis dan kumulatif dalam memastikannya.
Ada pemimpin yang dipersiapkan, ada juga yang terlahir karena momentum, bahkan ada yang karena faktor keberuntungan. Meski begitu, seorang pemimpin harus kaya akan pengetahuan dalam segala aspek...