Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Figur Jokowi Dimiliki PDI Perjuangan

17 Juli 2012   07:26 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:52 926 0

Calon Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi digadang-gadang memimpin ibukota republik ini. Jokowi yang unggul di Pilkada Jakarta beberapa waktu lalu, unggul secara meyakinkan , meski harus mengikuti Pilkada putaran kedua, September 2012.

Apa sebenarnya resep kemenagan Jokowi di Pilkada putaran pertama? Walaupun parpol yang menjadi aktivitas politik saya mendukung cagub inkumben Fauzi Bowo, tapi saya ingin objektif menilai seorang Jokowi.

Saya berasumsi, figur Jokowi-lah yang saat ini sangat dinanti-nantikan warga Jakarta. Semua kandidat termasuk inkumben Fauzi Bowo juga mengusung janji kampanye dengan jargon perubahan, tapi Jokowi sudah unggul di mata masyarakat. Jokowi tak hanya berjualan janji-janji kampanye, tapi lebih dari itu, sudah melakukannya selama ia menjabat sebagai walikota Solo.

Contoh sederhana, Jokowi pernah berseteru dengan Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo tentang penataan pedagang kaki lima. Ia pun nekat menantang ‘bos’-nya, dengan sejumlah alasan menolak penggusuran. Di situlah titik poin elektabilitas Jokowi yang membuatnya populer di mana-mana.

Di tengah kejamnya ibukota, Jokowi semakin popoler bersama pasangannya Basuki Purnama alias Ahok. Keduanya merepresentasi kemajemukan warga Jakarta. Dan faktanya, popularitas dan elektabilitas Jokowi-Ahok terus melejit, di tengah bayang-bayang hasil survei yang sumir.

Kemenangan Jokowi pada Pilkada putaran I menunjukkan, bahwa warga Jakarta menginginkan perubahan yang banyak diinginkan oleh kaum menengah dan kelompok marjinal. Bisa jadi, ini adalah luapan emosi masyarakat yang kesal terhadap masalah Jakarta, seperti kemacetan, banjir, kesehatan dan pendidikan. Kedekatan Jokowi terjun langsung ke tengah masyarakat tanpa protokoler ini, menciptakan simpati dan empati di masyarakat.

Faktor empiris secara nyata adalah postur tubuh Jokowi yang langsing, mencerminkan gaya hidup sederhana. Jokowi dan Ahok mengenakan baju kotak-kotak, adalah strategi jitu yang belum pernah ada. Mungkin sudah banyak orang bosan dengan kostum kandidat yang itu-itu saja. Padahal, baju kotak-kotak, identik dengan gaya koboy. Tapi Jokowi beda. Ia justru tetap lebih dekat dengan warga pinggiran yang hidup di bantaran sungai, gang-gang kumuh dan warga miskin.

Nah, dengan figur seperti ini, Jokowi secara tidak langsung sudah mempromosikan citra PDI Perjuangan, yang mengusungnya selain Partai Gerindra. Dengan kondisi ‘demam Jokowi’ di berbagai lapisan masyarakat, pamor PDIP bisa melejit menjelang Pemilu 2014 mendatang, di tengah partai penguasa yang sedang dirundung badai korupsi.

PDIP melalui ketua umumnya Megawati Sukarnoputri yang selama ini mengenakan jargon ‘wong cilik’, menjadi kekuatan baru untuk mengobati sakit hati masyarakat terhadap parpol. Walaupun Prabowo Subianto memberikan ruang iklan di media televisi untuk Jokowi, tapi publik keburu hafal bahwa Jokowi sangat dekat dengan ‘wong cilik’ alias PDIP. Tampaknya, pengurus Partai Gerindra ‘kurang’ bergaung di dalam kinerja tim Jokowi-Ahok.

Ya sudahlah jika publik kurang peduli dengan latar belakang partai pendukung Jokowi-Ahok. Tapi bagi saya, hal ini cukup menarik, karena Jakarta adalah barometer Pilkada di daerah-daerah dan terutama Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014.

Entah apa jadinya jika Jokowi kalah di Pilkada putaran kedua mendatang, karena di atas kertas, Jokowi sudah dipastikan unggul. Dan jika gagal? Menurut saya, Jokowi tetap fenomenal. Bisa jadi, ketokohannya akan diperhitungkan di Pilpres mendatan.

Salam Kompasiana!

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun