Dua gunung di Sulawesi Utara (Sulut), Lokon dan Soputan, sampai saat ini belum tenang. Setelah Soputan meletus 3 Juli 2011 dan diikuti gemuruh Lokon pada seminggu kemudian, warga yang tinggal di sekitar dua gunung itu, belum dapat tidur nyenyak. Apalagi tadi siang, Lokon kembali meletus.
Adalah Surono yang akrab dipanggil Mbah Sur memberikan analisis tentang masa depan Soputan dan Lokon. Menurut kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) itu, letusan kedua gunung tersebut diduga saling berkaitan, karena berada di kaldera yang sangat luas.
Setidaknya, kesimpulan Mbah Sur layak dipertimbangkan. Sebelumnya, mnurut Ketua Tim Tanggap Darurat Gunung Lokon Hendra Gunawan, warga Kota Tomohon diminta tetap waspada menyusul dinaikkannya status ke awas. Sebab, aktifitas kegempaan yang terekam lewat seismograf sulit memastikan kapan terjadinya letusan besar.
Saya salut dengan tim BMKG di Jakarta maupun di Manado, yang tetap memantau gunung Lokon dan Soputan. Mereka pun bersikap persuasif dan selalu melaporkan update informasi ke otoritas setempat. Ketika Soputan mengeluarkan erupsi 3 Juli lalu, Gubernur dan jajarannya langsung turun tangan mengatasi keadaan, termasuk kemungkinan evakuasi besar-besaran.
Ternyata, Soputan ‘hanya’ erupsi dan tidak meletus yang disertai awan panas seperti Gunung Merapi, atau letusan dashat seperti film Dante’s Peak. Hingga kini tak ada teknologi modern termasuk petugas BMKG, yang dapat memprediksi apakah akan ada letusan besar seperti yang ditakutkan banyak orang.
Dalam analisis Mbah Sur, jika Lokon meletus akan menyebabkan resiko yang lebih berbahaya, karena jarak kawah Lokon dengan warga sekitar berjarak 3,5 km. Berbeda dengan Soputan yang berjarak 8 km dengan pemukiman penduduk.
Masalahnya adalah, bagaimana jika keduanya meletus secara bersamaan? Benarkah Lokon dan Soputan sebenarnya adalah sebuah gunung raksasa yang masih menyatu?
Sepertinya belum ada kasus gunung berapi yang bertetangga seperti Lokon dan Soputan di dunia ini, yang meletus secara bersamaan. Jika memang itu pernah terjadi, belum ada saksi mata dan data sejarah tentang dua gunung berapi yang sama-sama meletus. Meski demikian dalam pelajaran geologi yang saya tahu, kekuatan alam tak dapat diprediksi. Sehingga kita harus tetap waspada, seperti melakukan evakuasi ke tempat yang lebih aman.
Analisis yang menarik adalah kemungkinan Lokon dan Soputan merupakan bagian dari ‘gunung raksasa’. Beberapa fakta sejarah membuktikan, danau alam seperti danau Toba di Sumatera Utara dan Danau Tondano di Sulawesi Utara merupakan ‘bekas’ letusan dashyat gunung berapi. Kedua danau itu mulanya berbentuk kawah besar setelah gunung berapi meletus, yang terisi air oleh hujan terus-menerus. Menurut teori terbentuknya Danau Toba, danau ini terjadi saat sekitar 73.000-75.000 tahun yang lalu dan merupakan letusan supervulcano (gunung berapi super) yang paling baru.
Tentunya, kita berharap letusan Gunung Toba tak terjadi di Lokon dan Soputan. Tapi yang jelas, kita harus waspada dan bisa mengambil langkah-langkah strategis untuk mengurangi dampak yang terjadi oleh letusan gunung.
Seandainya, Lokon dan Soputan meletus, ataupun keduanya meletus secara bersamaan, kita cuma bisa berharap tak terjadi bencana besar. Dan jika memang itu terjadi bencana besar, tentunya ada solusi mengatasinya dengan akal sehat, yakni mengungsi dengan tertib tanpa harus panik. Percayalah, alam akan memberikan tanda-tanda awal sebelum gunung benar-benar meletus.
Salam Kompasiana!