Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Walikota Baru dan Rica Manado

8 Desember 2010   09:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:54 304 0
[caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Saya di antara Vecky Lumentut (kedua dari kanan) dan Harley Mangindaan (ketiga dari kiri)"][/caption]

PASANGAN walikota terpilih Pilkada Manado 2010, Vicky Lumentut dan Harley Mangindaan, akhirnya dilantik hari ini. Berjuta-juta harapan diungkap warga Manado, menjelang pelantikan. Tapi ada 1001 misteri masa depan dalam perjalanan kepemimpinan yang baru.

Kebetulan, saya diundang sahabat saya Harley Mangindaan yang biasa disapa Ayi, untuk acara tersebut di gedung MCC Manado. Saya harus mengakui keunggulan pasangan ini, setelah kalah dua kali dalam perebutan kursi walikota Manado. Yang pertama saat Pilkada Agustus 2010, dan kedua saat Mahkamah Konstitusi memutuskan Pilkada ulang pada Oktober 2010.

Itulah politik. Dulu kami ‘bermusuhan’, dan kini bermitra. Bermusuhan di sini maksudnya adalah kami saling berkompetisi dan merebut simpati di depan warga kota. Beberapa media lokal di Manado, menyebut kami adalah figur muda yang mampu menjadi pemimpin.

Kini saya duduk di kursi tamu. Pak Vecky dan Ayi tampak sumringah menjelang acara pelantikan. Acara ini bisa dibilang meriah, karena dihadiri sejumlah pejabat pemerintah pusat dan politisi nasional. Di antaranya, Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN) EE Mangindaan dan Menteri Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Syarif Hasan RI. Istri Menteri Perumahan Rakyat Herlina Suharso Monoarfa juga turut hadir.

Mungkin banyak rekan Kompasianer belum tahu, bahwa Ayi adalah putra dari MenPAN EE Mangindaan, yang juga petinggi di Partai Demokrat. Sebelum menjadi menteri, Mangindaan pernah menjabat sebagai Gubernur Sulawesi Utara.

Apa yang menarik di acara pelantikan tersebut? Bagi saya, acara itu merupakan acara resemoni biasa yang menampilkan protokoler pemerintahan. Bedanya, ya acara ini dihadiri oleh sekitar 2.000 undangan. Sebagian besar undangan mengenakan busana formal, tapi lebih ke dominasi warna biru, warna khas Partai Demokrat. Hal luar biasa di balik acara itu seperti lobi-lobi politik, mohon maaf, tidak bisa disampaikan di sini.

Lantas, apa hubungannya dengan rica Manado? Hehehe... Tentu tak ada.

Yang menarik adalah, ketika saya pulang dari acara pelantikan Vecky dan Ayi, saya mampir di Pasar Bersehati, salah satu pasar tradisional di Manado. Belum ada perubahan fisik yang berarti di pasar ini.

Sejumlah pedagang sayur yang mangkal sempat menawarkan barang dagangannya. ”Rica... rica...” begitu mereka bersuara, malah bisa dibilang mulai bicara dengan volume yang tinggi. Rica adalah jenis cabai di Sulawesi Utara, yang konon rasanya lebih pedas daripada cabai di Pulau Jawa dan Sumatera.

Iseng saya merespon, ”Berapa sekilo?”

”Rp 30 ribu, Om!” jawabnya.

Saya tertegun sejenak, sambil berpikir menakar harga rica. Jika harga rica sedemikian mahal, lantas berapa harga daging, ikan dan sayur? Idealnya, harga bumbu-bumbu hanya 10-20 persen dari harga lauk pauk. Apalagi menjelang Natal dan Tahun Baru, warga Manado beragama Kristen sedang mempersiapkan kebutuhan pokok.

Nah, ini dia pertanyaan bagus untuk walikota dan wakil walikota di Manado. Mampukah mereka menstabilkan harga pasar? Cuma waktu yang bisa menjawab, karena 1001 pertanyaan lain terus mengantri untuk mendapat jawaban dan kebijakan strategis. Tentunya, kebijakan yang berpihak pada rakyat banyak.

Salam Kompasiana!

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun