Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Burung Gereja Sentrum Manado

15 Januari 2010   03:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:27 977 0

Populasi burung gereja sebenarnya tak hanya di lingkungan gereja. Sudah jadi pemandangan biasa, jika mereka mudah dijumpai di permukiman, persawahan, atau pergudangan yang di sekitarnya terdapat rerimbunan pohon dan lahan pertanian.

Di daratan Inggris, kini populasi burung gereja merosot drastis hingga 95 persen. Meskipun belum ada kepastian, dugaan terbesar mengarah pada konversi lahan pertanian dan penggunaan herbisida dan insektisida yang membunuh sumber-sumber pangan mereka, seperti biji-bijian dan serangga.

Bagaimana dengan di Indonesia? Khusus di Jakarta, saya akui, saat ini jarang mendengar atau melihat langsung keberadaan burung gereja. Bisa jadi, mereka meninggalkan Jakarta akibat tak tahan menghadapi polusi dan polusi suara.

Pernah suatu ketika, tetangga saya merenovasi rumah dengan bantuan tenaga tukang kayu. Sebelum rumah direnovasi, banyak sekali burung gereja yang berseliweran. Tapi usai kegiatan renovasi rumah, ratusan dan bahkan ribuan ekor burung gereja, seperti lenyap ditelan bumi.

Lantas, kemana burung gereja pergi? Bisa jadi mereka meninggalkan hiruk-pikuk kota, kemudian bermigrasi ke pedesaan. Kawanan burung ini mencari ketenangan dan kedamaian, daripada harus bersahabat dengan kehidupan kota yang makin kompleks.

Saya merasa bersyukur masih dapat menikmati pemandangan indah GMIM Sentrum. Burung gereja di sana masih tetap ada, dan bahkan menjadi tontonan gratis bagi sekelompok manusia. Saya percaya, kedekatan dengan manusia merupakan salah satu keunikan burung gereja. Mereka memang dikenal hidup di perkotaan dan berasosiasi dekat dengan manusia.

Salam Kompasiana !

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun