Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Mujair Mbah Moedjair

22 Desember 2009   02:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:50 1035 0
[caption id="" align="alignleft" width="403" caption="Ikan Mujair"] [/caption] KEMARIN siang (21/12), saya memenuhi undangan santap siang rekan-rekan saya di kasawan sejuk Minahasa Sulawesi Utara. Pertemuan dengan kawan lama ini saya hadiri, karena mereka ingin menjamu santap siang dengan menu spesial ikan mujair bakar rica. Perjalanan sekitar satu jam dari kota Manado menuju Desa Liwutung Kecamatan Tombatu Minahasa Tenggara, bukanlah perjalanan mudah, layaknya Jakarta menuju kawasan Puncak Bogor. Meski dengan kendaraan tipe alam bebas, berkendara di perkampungan yang berbukit-bukit perlu ekstra waspada, apalagi saat ini sering turun hujan. Ketika tiba di lokasi, ternyata tempat pertemuan kami adalah sebuah rumah makan, yang didirikan di tengah kolam ikan, yang mirip dibilang empang. Untuk menuju rumah makan 'Bumi Toumpasak', saya dan pengunjung lainnya melintasi jalan setapak layaknya pematang sawah. Sambil berbincang layaknya pertemuan kawan lama, hidangan andalan di rumah makan itu, muncul di atas meja. Hidangan ini terbilang menu sederhana, karena 'hanya' menyanjikan nasi, ikan mujair bakar, sayur kangkung dan rica atau sambal khas Minahasa. Tak sadar, sepiring porsi nasi telah masuk ke perut, sehingga saya menambah sepiring nasi lagi. Entah lantaran perut lapar usai perjalanan jauh, tapi bagi saya, ikan mujair ini terasa renyah di rongga mulut. Secuil demi secuil potongan mujair tampak menyatu dengan rica, sehingga membuah peluh mulai membasahi kening. Padahal, saat kami santap bersama, cuaca saat itu turun hujan dan suhu udara cukup dingin. "Tau gak, kenapa namanya ikan mujair?" seorang teman saya spontan bertanya, tapi dengan nada suara seperti menyampaikan teka-teki. Mendengar pertanyaan itu, saya hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum. Saya pikir, ini cuma guyonan ala warga Langowan Minahasa yang memang memiliki selera humor tinggi. "Ya, karena orang yang memberi nama ikan ini adalah Mujair," begitu katanya sambil tertawa. Kami pun tertawa bersama mendengar humor itu. Dan tadi malam di waktu luang, saya iseng membuka situs google.com lewat laptop, untuk menelusuri asal mula ikan mujair di Tanah Air. Saya agak penasaran, kenapa nama ikan yang sudah masuk ke perut saya, namanya adalah mujair. Dan, jawaban itu terbukti sudah. Ikan mujair ternyata mempunyai sejarah yang menarik. Ikan ini nama aslinya adalah Tilapia Mozambiq ,Oreochromis mossambicus atau Sarotherodon mossambicus, dan berasal dari perairan Afrika. Pertama kali ditemukan di Indonesia pada tahun 1936 di Muara sungai Serang kabupaten Blitar Jawa Timur. Kenapa dinamakan Mujair ? Karena yang menemukan ikan tersebut adalah Mbah Moedjair yang penasaran dengan gerombolan ikan laut berukuran kecil yang kerap bermain di muara sungai Serang Blitar. Mbah Moejair kemudian membudi-dayakan ikan-ikan tersebut. Presiden Sukarno pernah memberikan piagam penghargaan kepada Mbah Moedjair. Piagam pada tanggal 6 April 1965 tersebut berbunyi, "Moedjair telah memberi manfaat besar bagi masyarakat Indonesia." Akhirnya, terjawab sudah pertanyaan yang tersimpan sejak saya puas menikmati ikan mujair bakar. Ternyata 'teka-teki' yang disampaikan oleh kawan saya bukanlah humor sepenuhnya. Mungkin lantaran menggunakan bahasa pertemanan, maka saya sempat mengganggapnya gurauan belaka. Tapi setidaknya, saya berhasil menjawab pertanyaan itu dengan bantuan internet. "Trima kasih ikan ciptaannya, Mbah Moedjair." Salam Republik Kompasiana !

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun