Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Kerusuhan Abepura Sebagai Sebuah Refleksi

23 Oktober 2011   04:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:37 109 1
[caption id="attachment_137333" align="aligncenter" width="300" caption="sumber eminent image"][/caption] Seseorang  akan sangat disegani didunia  preman  bukan hanya kenekatannya  dalam mengadu fisik atau berduel  dimanapun dan kapanpun. akan tetapi, sang preman  juga mampu mendamaikan perselisihan  antara geng/kelompok. Kemampuan  dia menyelesaikan perselisihan  antara  kelompok yang sedang bertikai ini menandakan dia adalah seorang tokoh yang didengar omongannya.  Ini dunia preman yang tidak menngenal  undang-undang atau hukum tertulis. Hukum yang berlaku adalah siapa kuat dia menang, itu saja. Berbeda  dengan  sebuah negara  yang memiliki struktur pemeritahan dan perundangan. namun, belakangan ini kita melihat  negeri ini diguncang  oleh masalah yang terus menerus mendera. Masalah terorisme hingga masalah  korupsi yang diduga dilakukan oleh para petinggi negeri ini.Akan tetapi  tak satupun yang diambil tindakan yang significant. Mereka malah masih  dengan tersenyum bisa melanjutkan kepemimpinannya di kementerian yang dipegangnya. Sementara yang lainnya, yang kurang kuat akar politisnya  harus rela menyerahkan jabatannya. Masalah yang lagi hangat sekarang ini, adalah  kericuhan di papua yaitu  dengan diselenggarakannya  kongres rakyat papua. Terjadi kericuhan, yang menelan  dimana  kongres ini  dibubarkan paksa oleh aparat kepolisian karena  dianggap berbuat makar. Aparat gabungan dari TNI/Polri terpaksa membubarkan Kongres Rakyat Papua (KRP) III yang berlangsung di lapangan sepak bola Zakheus Padang Bulan, Abepura, Kota Jayapura, Papua, Rabu (19/10) sekitar pukul 15.30 WIT. Pembubaran paksa oleh aparat gabungan tersebut setelah KRP III itu menghasilkan kesepakatan bersama yang dituangkan dalam bentuk deklarasi negara baru yaitu Federasi Papua Barat, bahkan telah menyusun pemerintahan dengan menunjuk Forkorus Yaboisembut, S.Pd sebagai Presiden dan Edison Waromy, SH sebagai Perdana Menteri. Ada apa dengan negeri  ini ?  apakah  mereka  di timur sana sudah tidak memiliki kebanggaan menjadi bagian dari  NKRI, sehingga mereka  harus melakukan deklarasi  memilih  presiden dan perdana menteri.  Kita tidak bisa menyalahakan mereka begitu saja, tapi tentu harus bertanya  what is going on with this  nation ? Apakah pemimpin kita sudah tidak disegani dan dihormati, sehingga kata-katanya maupun nasehat-nasehatnya sudah bosan dan tidak didengar lagi. Apakah  Pemimpin kita sudah tidak dihargai, sehingga tidak mampu mendamaikan  anak-anaknya yang sedang marah atau kecewa ? Tak kurang mantan  panglima  TNI  Endiarto  Sutarto pun angkat bicara, dia mengkhawatirkan papua bisa mengalami nasib seperti  tim-tim. "Saya cuma khawatir kalau hal seperti itu berkelanjutan, Timor Timur kedua bisa terjadi. Ini harus disadari semua pihak, utamanya pemerintah," ujar Endriartono kepada Kompas (23/10). Papua jikalau tidak ditanganani dengan serius tidak mustahil akan lepas dari NKRI. Tentu  kita semua,  rakyat Indonesia  mengharapkan  kita  akan terus  dapat  menyanyikan lagu DARI SABANG SAMPAI MERAUKE  hingga  sampai kapanpun.. Kita semua  menginginkan keutuhan negeri ini tetap terjaga, meski kita hanya bisa mengharap. Pemerintahlah yang paling bertanggung jawab menjaga  perdamaian  di wilayah itu selain  rakyat diwilayah itu sendiri.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun