Mohon tunggu...
KOMENTAR
Dongeng

Saya Adalah Koboy dari Amerika

3 Mei 2012   05:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:48 204 0
Di Bawah Naungan Kolong Jembatan, Mei 02, 2012

Ceritanya adalah pengalaman pribadi saya sendiri. Dimana disaat saya bekerja di Papua, lalu setelah berbulan2 kembali ke pulau Jawa, seperti DKI, sampai ke Surabaya, dimana para pengguna kendaraan yang semau gue saja.

Suatu hari saya mencoba mengendarai kendaraan sendiri. Seperti Anas, saya juga memakai plat nomor palsu, maklum kendaraan yang pinjam adalah milik militer. Kalau dahulu kendaraan militer memiliki 2 nomor plat. Untuk masuk ke Istana, Bina Graha atau acara2 resmi, satu lagi untuk berjalan tanpa protokol.

Maklum saja saya suka menengok proyek2 yang ada saat itu. Mulai dari Krakatau Steel, Pelabuhan Merak, sampai ke Pasir Putih Situbondo. Kalau di Papua saat itu proyeknya sudah berjalan dengan lancar. Karena disana para ahli dari Indonesia sudah mengajari para ahli dari AS, dan Australia, bagaimana bekerja dengan tepat sesuai dengan keadaan alamnya.

Namanya orang baru turun dari hutan, tentunya saya sangat mudah naik darah. Tiba2 saat saya sedang berjalan dari Kemayoran, mau menemui rekan2 di Bakmi Gajah Mada, saya diserempet oleh mikrolet.
Wah mobil itu sampai lecet dari ujung ke ujung. Sampai saya tidak bisa membuka pintu. Mana mobil ini mobil Kijang Baru, bukan Land Rover yang biasa dipakai untuk daerah-daerah off road. Dimana dipakai Bar sekelilingnya.

Mobil inikan mobil kota, jadi saya merasa marah, dan saya berhenti meminta kepada supir mikrolet untuk menujukan kenapa dia memotong jalur saya, sehingga bagian kanan mobil saya lecet.

Dengan lantangnya dia keluar dari mobil membawa pipa dan mau memukul saya.

Wah...... namanya Koboi Amerika, saya tidak akan mundur begitu saja, lalu beberapa orang disekitar pasar Baru, ikut2an karena muka saya mungkin terlihat seperti orang asing.

Sehingga saya sudah dikerumuni banyak orang. Lalu saya bilang sama supir itu untuk minta maaf, dengan lantangnya dia menantang, dan mengayunkan pipa, dan banyak orang ikut2 mengeroyok saya, dengan kata2 "Wong Chino berani2nya sama anak pribumi, padahal saya bukan wong Chino."

Sampai akhirnya saya mendengar salah satu dari mereka menghancurkan kaca mobil ini.

Tak jauh dari situ Polisi hanya menonton saja. Berpura2 tidak tahu.

Muka saya sudah kena bogem mentah, dan di tusuk serta pukulan pipa.

Dengan darah mengucur, saya mencoba masuk ke mobil. Dan massa sudah banyak sekali sampai kaca mobil didepan saya pecah kena pukulan pipa dan batu.

Lalu saya dengan senang Hati, mengeluarkan FM 45, dari glove compartment, dan mulai menembaki dari dalam mobil, satu persatu kena tembak.

2 klip peluru sudah saya muntahkan, dan tanpa basa-basi lagi saya keluarkan M16, dan memuntahkan peluru yang besar ini satu persatu.

Mendengar peluru keluar dari dalam mobil, massa jadi bubar, sebagian merasakan nikmatnya peluru FN 45 , dan kini mereka mendengar rentetan M16.

Saya sudah merasa saya di hutan Papua yang penuh OPM. Jadi darah saya sudah terasa manis jadinya. Lalu saya keluar dari mobil, dengan tertatih2 mencoba mencari siapa yang berani mendekat.

Massa sudah bubar, hanya beberapa penumpang di mikrolet yang beku tak bergerak. Dan si supir sudah kabur. Tak jauh dari situ Polisi berdiri dengan bodohnya.

Dan saya melangkah kaki saya kearah Polisi dan beberapa Tekab. Yang terbengong saja. Saya arahkan laras M16 ke arah mereka. Tanpa sadar mereka mengeluarkan pistol nya.

Saya tertawa, dan berteriak kepada Polisi itu.

"Go Head, pull it, Bastard....Saya tidak takut hanya peluru 32 kaliber."

"Sekali saya semprot dengan M16, Kalian akan tembus dan tercabik-cabik peluru ini."

"Hahahaha..... Polisi dan Tekab langsung Kabur...."

Semua berhenti di Jalan, sekitar 25meter di belakang mobil kijang saya.

Dengan tenangnya saya masuk ke mobil, dan berputar di perempatan kembali ke Kemayoran, tanpa ada yang berani menahan saya.

Hahahaha.... saya sambil tertawa, soal keserempet mobil sampai saya harus memuntahkan puluhan peluru.

Sambil berjalan, saya muntahkan kembali peluru dari M16, untungnya saya tidak melemparkan granat yang ada di dalam ransel saya.
Seandainya massa terus menyerang saya, dan menghina dengan kata2 rasis keluar dari mulut mereka. Tentunya saya sudah lepaskan granat ini.

Tak terasa, saya sudah kehabisan darah.......

Sampai di depan penjagaan Bandara Kemayoran saya akhirnya pingsan. Untungnya saya tidak tabrak pos penjaga.

Bangun2 saya sudah dirawat di RS AL.

Inilah pengalaman koboi Amerika di Indonesia. Orang bilang saya memang sudah gendeng, berani2nya melawan massa. Seperti di Papua, berani2nya melawan serangan anggota OPM disana.

What 's crazy life ......

Jack Soetopo

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun