Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money

Perbedaan Insinyur dan Pemerintah Indonesia (2)

1 Mei 2011   23:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:10 287 0
Disaat pemerintah terus mendapat kredit dari negara2 maju, para insinyur ini terus bekerja keras menyempurnakan rencana. Perlu diingat para ahli Indonesia berbeda dengan pemerintah, mereka mendapat penghargaan yang tinggi di tingkat international, banyak dari mereka bahkan mendapatkan tunjangan dan beasiswa untuk belajar mempelajari teknologi infrastruktur. Bahkan banyak dari mereka terlibat langsung dalam pembangunan di negara Korea, Taiwan, Filipina dan Jepang. Dengan kerja nyata para ahli Indonesia bukan sekedar teori saja, tetapi ikut terjun dan pelaksanaan di lapangan. Tetapi dilain pihak pemerintah Indonesia yang sejak tahun 1972, mendapatkan kepercayaan dalam mendapatkan kredit lebih banyak dari negara maju, malah menujukan gejala yang sangat mencemaskan banyak pihak dengan KKN, Korupsi yang merajalela. Sehingga pada puncak yang menjadi kemunduran Pemerintah dengan diberhentikannya Wijoyo Nitisastro di tahun 1983. click here. Yang membuat negara yang memberikan kredit sangat tidak mengerti , dan mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dalam tubuh pemerintah Indonesia saat itu. Karena menurut mereka dan para ahli Indonesia Wijoyo nitisastro seorang ekonom yang sangat jeli, ketat dan tegas dalam mencoba mencari keseimbangan pembangunan Indonesia di segala sektor. Ini juga saya ingin membantah bahwa Wijoyo nitisasatro adalah seorang antek Amerika, karena kenyataannya beliau adalah seorang yang pahlawan Indonesia yang gigih memperjuangkan nama dan negara  Indonesia diseluruh dunia. Dan untuk konter/ bantahan dan penghancuran nama baik beliau dan penipuan di siang bolong. Bagi para nativis yang iri dengan keberhasilan beliau membawa Indonesia melewati hari2 yang mencekam paska Pemerintahan Soekarno sudah waktunya mengerti peran penting beliau di dunia. Pasca Wijoyo nitisastro, pemerintah Indonesia makin terpuruk dengan kinerja yang penuh KKN, dan Korupsi. Dan munculnya para aktivis nativis yang mencoba mengubah Indonesia menjadi negara isolasi dan negara sombong tetapi tidak punya uang. Jadi Pemerintah saat itu berlomba-lomba memajukan agenda dengan propaganda yang ada. Bermula dari kedengkian para nativis dari sekolah2 tinggi yang ada terhadap Universitas Indonesia khususnya yang saat itu dicap antek barat, penjual bangsa. Sedang para nativis ini menggunakan seorang ahli bukan politikus yang ternama sebagai tameng untuk memajukan agenda2 mereka. Menambah ruwetnya suasana, para kalangan militer yang terlalu lama terbuai dengan kemajuan Indonesia saat itu, tidak menyadari betapa bahayanya keadaan saat itu. Dan bagi pejabat militer yang lama yang jujur dan yang menyadari bahaya ini ahlirnya tersingkir. Dan keadaan yang semakin kondusif ini di tambah dengan majunya para baby boomer yang tidak penah bekerja keras, dan hidup dalam kenikmatan pembangunan Indonesia, dan baby boomer ini dalam mencari indentitasnya mulai menggunakan segala fasilitas yang ada dari pemerintah untuk memulai mengambil alih dan mempengaruhi kebijakan pemerintah yang saat itu penuh korupsi. Bagaikan memasuki Black Hole, Pemerintah Indonesia bukannya maju tetapi menjadi terbelakang dari rencana2 yang sudah disusun ahli2 Indonesia bertahun-tahun sebelumnya. Mengganggu pelaksanaan pembangunan 30 tahun. Tentunya ini membuat para ahli yang ada saat itu, frustasi dan bingung, karena satu persatu mereka jika membuka mulut dan mengeritik pemerintah yang ada hanya lagu2 kerocong seperti kalau pelanggan Telkomsel ingin melakukan pengaduan.. bahakan sepertinya mereka tidak ditanggapai alias jalurnya selalu sibuk. ( ""Karena begitu banyaknya layanan kami, maka kami berharap anda akan bersabar menunggu sampai 1 tahun", begitu suara dari automatic recording dari Pemeritah dan Telkomsel.) Banyak dari para ahli ini yang tidak termakan dengan propaganda nativis dan menjadi kacung dari baby boomer mereka memilih untuk melalang buana menjadi TKI, dan banyak dari mereka tidak perduli lagi (shut down), alias mati rasa, memenuhi dirinya dengan buku2 dan mengajar sesuatu yang mereka percayai sesuai bidang mereka. Mencoba menghindari pembicaraan mengenai Pemerintah alias makan gaji buta sebagai dosen. Semoga para ahli ini yang mencintai Indonesia untuk kembali ke Indonesia dan bangun dari tidurnya. Memang Pemerintah sangat berbeda dengan para ahli karena matematika tidak digunakan oleh pemerintah. Pemerintah hanya merasakan dirinya raja bukan melayani masayarakat. Para ahli ini mereka biarpun esentrik kadang penuh jibrisan jika berbicara tentang ilmu yang dikuasainya (seperti orang gila) adalah manusia yang sangat mencintai Indonesia. Mereka ingin menyalurkan pengetahuan yang ada, tidak saja di bangku sekolah tetapi di lapangan. Mereka merindukan keringat yang mengucur disaat membangun jalan atau jembatan. Mereka merasa alive. Mereka merindukan perasaan bangga disaat mereka berkunjung ke Korea,atau Taiwan dan ada sense of proud...... I am a part of this and can say to their grandchildren, "Grand father, did you build this? dan mereka bisa menjawab, Yes, my dear I am." Apakah Pemerintah juga memiliki perasaan yang sama? My guess is as good as yours. Disclaimer: Opini pribadi dari seorang tukang becak, tidak menyangkut badan2 yang disebutkan diatas. Penulis bertanggung jawab sendiri atas tulisan ini. Untuk kritik dan saran, silahkan menulis ke email yang telah disediakan dengan gratis oleh Kompasiana . Penulis tidak mewakili Kompasian adan Kompas Family, atau badan hukum dari negara manapun didunia. Penulis hanya mewakili badan hukum yang ada sebagai tukang becak. Untuk daftar referensi yang diambil penulis akan dituangkan dalan bagian terakhir dari mini seri ini atau anda dapat mengemail penulis.Semua tulisan penulis ini mendapat hasil keuangan akan selalu disumbangkan kepada Yayasan Pendidikan Anak-anak Buta( YPAB) di Surabaya, dan yayasan2 yang lain yang akan datang. Jack Soetopo

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun