Timnas memang luar biasa, meski perjalanan masih panjang namun kita melihat ini mudah-mudahan menjadi momen kebangkitan dan kebanggaan kita. Sekarang, kita punya harga diri. Sekarang, kita punya nyali. Dan sekarang, kita siap untuk meraih prestasi. Hilang sudah dari ingatan kita kejadian memalukan wajah persepak-bolaan kita, ketika dengan sengaja kita mengalah melakukan gol bunuh diri hanya karena takut bertemu tim Vietnam pada laga selanjutnya. Betapa peristiwa sepak bola gajah itu seakan mencoreng muka kita, membuat setiap dari kita akan susah untuk memiliki rasa kebanggaan akan Timnas. Belum lagi persoalan hukum yang membelit personil pengurus PSSI. Ditambah prestasi Timnas yang semakin terpuruk. Tapi..., sekarang berbeda. Lihatlah gegap gempita pendukung Timnas yang datang ke GBK penuh kebanggaan. Dengarlah nyanyian optimis penuh semangat lagu Garuda Di Dadaku yang tanpa kita sadari ikut kita nyanyikan walau hanya dalam hati.
Tapi ada yang membuat saya khawatir....
Saat ini, siapa sih yang tidak ingin menjadi "kawan dekat" timnas ?. Tentu saja kita semua ingin. Saat ini, siapa sih yang boleh mendukung Timnas ?. Tentu saja kita semua boleh mendukung Timnas. Karena Timnas membutuhkan dukungan dari semua pihak. Dua kali sudah kita melihat Bapak Presiden RI beserta Ibu Presiden menyaksikan secara langsung pertandingan Timnas di GBK. Namun ada yang mengusik hati saya dan mudah-mudahan saya keliru. Yang saya khawatirkan adalah terseretnya Timnas kedalam intensitas tarik-menarik kekuatan politik. Saya khawatir Timnas dijadikan alat kekuatan politik tertentu. Tentu kita ingat bagaimana Nurdin Halid "menyungkemi" Presiden SBY seusai laga kontra Filipina. Hari ini, kembali kita saksikan Nurdin Halid beserta pengurus PSSI bertemu keluarga besar Bakrie untuk menerima hibah tanah seluas 25 ha.
Kita hanya bisa berharap semoga semua dukungan ini diberikan dengan tulus. Dengan merelakan untuk tidak menjadikan Timnas sebagai alat dalam meraih popularitas. Kita juga berharap agar PSSI bisa dengan cerdik bermartabat bermain diantara kekuatan-kekuatan politik yang ada. Sebab bagaimanapun, Timnas membutuhkan dukungan semua pihak. Namun yang terpenting adalah dukungan tersebut harus kita peroleh tanpa mengorbankan harkat dan martabat Timnas. Jangan sampai Timnas terlibat dalam tarik-menarik kekuatan politik praktis, bila ini kita biarkan maka kita harus kembali menelan kenyataan pahit....
menyaksikan bunga Timnas yang layu sebelum berkembang.
J. Alamsyah,Kediri, artikelwirausaha.com
Sharing artikel kewirausahaan
Rejeki Melimpah Dari Daur Ulang Sampah Botol Plastik