Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Hentikan Iklan Politik Narsis

26 Februari 2014   03:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:28 90 0
Kontestasi kekuasaan untuk jabatan politik adalah pertarungan popularitas dan elektabilitas. Memang tidak semua sepakat dengan pernyataan ini. Apalagi para calon yang turun sebagai petarung di gelanggang pemilu akan menampik jika kontestasi kekuasaan hanya dilihat sebagai pertarungan popularitas-elektabilitas, yang artinya minus kapabilitas-kualitas. Meskipun fenomena politik semacam ini benar adanya dan para kontestan merasakannya sendiri dalam pertarungan berebut kuasa, ada saja upaya menutup-nutupi fakta yang satu ini.

Apabila kontestasi kekuasaan hanya dibangun atas dasar popularitas-elektabilitas, maka segala cara akan ditempuh demi mendongkrak dua syarat mutlak ini. Kalau pun tidak dilakukan oleh sang calon sendiri, bisa jadi oleh para timses-nya yang tak ingin jagoannya keok dalam bursa pencalonan. Ambil contoh, spanduk pencapresan raja dangdut Rhoma Irama yang sudah lama terpampang di sudut-sudut jalan di Jakarta. Namun ada yang berbeda dengan spanduk di Jalan Tanjung Barat Raya, Jakarta Selatan. Rhoma Irama punya gelar profesor. Spanduk berukuran tinggi sekitar 3 meter dengan lebar kurang lebih 2 meter ini berwarna hijau dan putih. Foto Rhoma Irama terpampang memenuhi bagian tengah spanduk. Di bawah foto Rhoma tertulis ‘Prof. Rhoma Irama’ (Indonesia Media, 24/2/2014).

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun