Ide sya tidak besar. Saya hanya ingin mengenalkan sekolah ini pada pola hidup yg lebih ramah lingkungan. Sebagai sekolah berasrama, sampah yg dihasilkan lebih dari 100 murid kami tentulah tak sedikit. Saya mengusulkan untuk memilah2 sampah tersebut, untuk kemudian memperlakukannya sesuai jenisnya. Sampah non organik, sedianya akan sya usulkan untuk dipilah lagi, kemudian di setorkan ke bank sampah yg jaraknya hanya 3 km dr lokasi kami. Rencana jangka panjangnya, sya ingin anak2 belajar mengembangkan kreativitasnya untuk mendaur ulang barang rongsok tersebut menjadi barang yang memiliki nialai guna. Sampah orgaanik, sya berencana menyediakan beberapa tong untuk menampungnya dan mengolahnya menjadi pupuk kompos. Dari beberapa informasi yg sya terima, caranya tak begitu sulit. Hanya menimbun sampah, mengaduknya dengan pupuk yg sudah jadi menambahkan obat pengurai..dan menunggu. Sederhana bukan?
Namun sya kecewa, saat ide saya di tolak oleh pemilik otoritas yg lebih tinggi. Kalau alasannya masuk akal mungkin sya bisa legowo, namun rasanya terlalu dibuat2. ah sudahlah...memangnya siapa saya.(.Hufft..di titik ini sya baru menyadari pentingnya politik untuk mendapat kekuasaan.)
Baiklah..sya terima saja keputusan itu. daripada berpangku tangan, sya lakukan apa yg mungkin sya lakukan. Melalui media mading yang sya ketuai, sya berteguh hati untuk konsisten di tiap edisinya untuk membahas masalah lingkungan, menyediakan rubrik khusus untuk ikut andil menyelmatkan bumi. Sedikit yg bisa sya sumbangkan untukmu wahai Bumi..semoga kau mencatatnya.
KEMBALI KE ARTIKEL