Langit berlari terbirit-birit menuju toilet. Bruk! Langit menutup pintu dengan keras, saking malunya. Wajah Langit berubah menjadi merah layaknya udang rebus baru saja matang.
Langit bercermin disana, kedua mata Langit melongo ketika ia melihat wajahnya, begitu merah!
"Enggak mungkin gigi gua ada cabenya!" menolong Langit. Langit mulai melebarkan senyumannya layaknya senyum kuda.
Langit mengerutkan keningnya, ternyata tidak ada bekas cabenya di gigi Langit.
"Enggak ada,"
Langit kembali tersenyum kuda, ia memastikan apakah ada bekas cabe atau enggak nya!
Langit begitu kesal dengan sikap Acha kepada dirinya, ternyata Acha tadi jail kepada Langit. Itulah yang ada dipikiran Langit sekarang.
Langit membelakangi cermin itu. Ia mulai berpikir, kenapa Acha melakukan hal ini kepada Langit? Itulah yang ada dipikiran Langit sekarang.
"Gua harus balas dendam sama dia, enggak terima gua diperlukan kaya gini sama dia!"
"Ck, bikin malu aja!" sambung Langit.
Malam harinya, terlihat Acha sedang berdiri di balkon kamarnya. Menikmati indahnya dimalam hari. Begitu banyak bintang-bintang menghiasi gelapnya malam.
Ditambah dengan bulan sabit, membuat alam semesta menjadi sangat indah.
"Ko tiba-tiba gua jadi kangen Mamah, yah!" pikir Acha.
Acha memeluk dirinya saking dinginnya. Acha hanya menggunakan kemeja putih saja.
"Indah banget, sih malam ini!" menolong Acha. Acha memejamkan matanya menikmati udara segar dimalam hari.
Sementara dilain sisi terlihat Langit sedang mondar-mandir di depan kamar Mension yang ditempati oleh Acha.
"Gua harus balas dend4m sama tuh bocah! Gak terima gua, diperlukan seperti itu sama si bocah tengil itu!" gerutu Langit.
Langit dengan sebal memutarkan knop pintu kamar Acha. Langit melongo ternyata pintu kamar Acha tidak dikunci sama sekali.
Dengan senyum smriknya, Langit langsung masuk dan mengunci pintu kamar Acha begitu saja.
Tapi Langit tidak menemukan Acha disana. Kemana Acha? Itulah yang ditanyakan oleh Langit sekarang.
Langit melangkahkan kakinya. Langit mengerutkan keningnya ketika melihat pintu balkon terbuka.
"Pasti, si bocah tengil itu ada di balkon!" pikirnya. Dengan lihainya, Langit melangkahkan kakinya dengan cepat.
Namun, ketika Langit baru saja sampai diambang pintu, Langit terdiam memantung ketika melihat Acha sedang menikmati udara segar dimalam hari.
Bagaimana Langit tidak terdiam memantung. Acha merentangkan kedua tangannya dan tak lupa kedua mata Acha dipejamkan, Acha begitu menikmati udara dimalam hari ini.
Langit menarik sudut bibi7nya ketika melihat Acha. Ia langsung melangkahkan kakinya menuju Acha.
Grapp!
Acha mengerutkan keningnya ketika ada sesuatu yang melingkar di pinggangnya. Apalagi punggung Acha berasa begitu hangat. Langit melihat ekspresi wajah Acha hanya bisa tersenyum tipis saja.
"Ko punggung gua kaya ada kasur gitu, yah?" pikir Acha.
Acha langsung membuka kedua matanya dengan perlahan. Alangkah terkejutnya ketika melihat wajah Langit tepat di atas bahu Acha.
"Kak Langit!" Langit hanya menaiki alisnya sebelah saja.
"Ngapain lo meluk-meluk gue?" sambung Acha. Langit hanya bisa terdiam saja. Melainkan Langit mempererat pelukannya.
"Lepasss!" brontak Acha.
"Lepas! Bisa enggak, sih!"
"Engak!"
"Ihhh, lepas Kak!"
"Lo aja tadi jail sama gua!" sambung Langit.
Acha mengingat kejadian tadi siang dimana ia mengatakan kalau gigi Langit ada bekas cabenya. Padahal tidak ada sama sekali.
"Oh, jadi sekarang lo mau balas dend4m gitu ke gua?" tanya Acha memastikan.
"Good! Pintar, sekali!"
"Aduh! Mat1 gua," menolong Acha dalam hatinya
"Sorry, gua gak sengaja tadi! Lagian tadi, kan cuma becanda doang! Jadi gua mau lo jangan bawa perasaan, yah! Apalagi sampe balas dend4m segala. Gak baik itu!" cerocos Acha.
"Siapa suruh, lo jailin gua! Gua gak terima, yah lo melakukan hal yang enggak-enggak sama gua! Buat malu aja!"
"Yah, maaf! Lagian i-itu kan cuma be---canda doang!" lirih Acha.
"Sama aja! Gua bakal balas dend4m sama lo!" bisik Langit tepat ditelinga kanan Acha.
"Enggak-enggak! Gua gak mau!" rengek Acha dalam hatinya.
Langit langsung mengangkat tub8h ramping Acha begitu saja. Acha begitu kaget ketika Langit melakukan hal itu kepada Acha.
"Turunin, gua! Gua gak mau!"
"Lo harus terima, siapa suruh lo jailin gua barusan! Makanya jangan macem-macem sama gua," dingin Langit dengan suara seraknya.
Acha begitu takut dengan sikap Langit kepada dirinya. Acha takut, takut nanti kalau Langit melakukan hal aneh-aneh kepada dirinya.
Sementara dilain sisi terlihat Aksa sedang mondar-mandir di kamarnya. Ia mengingat kejadian di pesta pernikahan rekan bisnisnya.
Aksa mengingat dimana ia melihat seorang gadis yang sangat-sangat ia kenal. Acha tentunya.
"Acha,"
"Itu pasti Acha,"
"Enggak salah liat saya, kalau itu adalah Acha! Anak kandung saya,"
"Saya yakin, Acha pasti ada disekitar sini."
Aksa duduk di atas king sizenya. Ia mengingat kejadian tadi lagi. Kalau gadis itu pasti Acha, anak kandung Aksa. Dia enggak salah liat sama sekali.
"Saya akan membawa Acha ke rumah ini! Dia tidak berhak duduk dirumah Ardian! Dan saya berhak membawa Acha kesini karna saya adalah Ayah kandungnya, Ayah kandung Acha!" menolognya.
Aksa mengambil benda pipihnya disaku almetnya. Ia mulai mencari kontak untuk diajak komunikasi dengan dirinya.
"Hallo," ucap seseorang dari sebrangan sana.
"Saya ada tugas untuk kamu!"
"Apa itu?"
"Saya mau kamu cari Anak kandung saya sampai ketemu dan bawa Anak saya ke apartemen yang saya tempati sekarang!"
"Bagaimana saya bisa cari kalau saya sendiri, tidak tau siapa Anak kandung bos!"
"Saya bakal kirim potonya!"
"Baik bos, saya akan lalukan sesuai bos perintahkan ke saya!"
"Bagus!"
Sambungan komunikasi terputus. Aksa tersenyum mengerikan disana. Sebentar lagi Acha akan kembali ke pihak asuhnya. Bukan lagi kepada Merisa.
Sementara dilain sisi terlihat Kenzo sedang meminum minuman alk9hol, sudah 3 botol ia minum minuman itu. Bahkan teman-temannya pun sudah melarang Kenzo. Tapi Kenzo masih saja minum minuman k4ras itu.
"Ken, lo udah minum 3 botol, jadi pliss lo stop!" cegah Brian.
"Iya, Ken! Gua khawatir banget sama keadaan lo!" sambung Antariksa.
"Kalau lo punya masalah, bisa diselesaikan dengan baik-baik, Ken!" lanjut Gleo.
"DIAMM! KA-KALIAN BI-BISA GAK SIH, GAK USAH! NGELARANG GUA!" gertak Kenzo sedikit sadar.
"Kita gak bisa diam, Ken! Keadaan lo aja kaya gini! Kita gak mau lo kenapa-napa! Bener kata Gleo, kalau lo ada masalah bisa diselesaikan dengan baik-baik! Bukan mabuk-mabukan kaya gini, Ken!" gertak Brian mencoba membantu Kenzo, agar Kenzo berhenti meminum minuman beralk9hol itu.
 "Jadi stop! Lo gak boleh minum ini lagi!" cegah Gleo mengambil botol yang ada ditangan Kenzo.
Mata Kenzo tertuju kepada Gleo. Gleo bukannya takut ditatap oleh ketua genk brandalannya itu, tapi, Gleo tetap tenang.
"Lo gak usah ikut campur urusan gua!" tunjuk Kenzo tepat diwajah Gleo. Gleo hanya tersenyum tipis saja ketika Kenzo menunjuk wajahnya.
"Ayo kita pulang! Tempat ini gak baik buat kondisi lo, Kenzo!" ucap Antariksa sambil memegang tangan kanan Kenzo begitupun dengan Brian.
Mata Kenzo beralih ke Antariksa dan Brian. Lihatlah sekarang tatapan bak elang Kenzo diberikan kepada Antariksa dan Brian.
"Lo pada mau apa, sih!" dingin Kenzo. Antariksa dan Brian hanya saling pandang saja. Ia langsung membawa Kenzo entah kemana. Asalkan Kenzo berhenti meminum minuman beralk9hol itu dan menjauhi tempat yang seharusnya tidak untuk ditempati.
Sementara dilain sisi terlihat Langit menurunkan Acha didepan cermin tata rias. Acha dibuat bingung oleh Langit. Apa yang akan Langit lakukan kepadanya? Itulah yang dipikirkan Acha sekarang.
"Ngapain lo bawa gua kesini?" tanya Acha kepada Langit.
"Shutt, diam! Lo gak usah banyak omong! Nurut aja sama gua, apa susahnya, sih!"
"Jangan macem-macem sama gua! Apalagi lo sampai sentuh tub8h gua!" ucap Acha sambil memel8k dirinya dengan erat.
Entah kenapa kedua mata Langit memutar malas, rasanya ingin mu4l ketika Acha berucap seperti itu ke Langit.
"Id1h, siapa juga yang mau sent7h tub8h lo! Gak selera banget gua, tub8h lo aja gak ada isinya. Mana ada cowok yang mau sama lo!" sinis Langit sambil menatap malas wajah Acha.
"Sorry yee. Tub7h gua ini berisi enggak kaya Claudia yang suka sama lo!"
"Claudia? Siapa dia? Enggak penting!"
"Ahhh, udahlah! Gua mau lo diam! Tutup mul7t lo, atau mau gua tutup mul8t lo pake sapu tangan?" ancam Langit sambil menatap elang Acha.
"Lah ko---"
"AHHH DIAM ACHA!" gertak Langit dengan suara meninggi. Dan mampu membuat Acha terdiam.
Langit tersenyum mengerikan disana. Ia berdiri dibelakang Acha, sementara Acha hanya bercermin sambil memandang Langit dari cermin. Acha meneguk salivanya ketika tatapan tajam yang diberikan oleh Langit.
"Sebenernya lo mau apain gua sih?" tanya Acha dengan suara lembutnya.
"Tenang aja! Balas dend4mnya gak bikin lo takut. Dan lo bakal suka dengan balas dendam gua!" ucap Langit sambil tersenyum manis dibalik cermin itu.
Jujur saja jantung Acha berdetak dengan kencang sekarang. Apalagi Langit akan balas dendam kepadanya. Tapi Acha takut kalau Langit melakukan hal aneh kepada Acha.