Wukuf di Arafah merupakan salah satu rukun dalam ibadah haji. Syariat ini diungkap dalam salah satu hadits Nabi SAW:
Saat melaksanakan ibadah haji, Rasulullah SAW didatangi oleh seseorang dari suku Nejd, kemudian orang ini bertanya," Wahai Rasulullah, apa itu ibadah haji?
Rasulullah SAW menjawab," Inti dari ibadah haji adalah wukuf (berdiam diri) di Arafah. Barangsiapa yang tiba sebelum sholat pada malam yang menginap di Muzdalifah, maka hajinya telah sempurna." (HR Ahmad, Al Baihaqi dan Al Hakim)
Nejd adalah sebuah wilayah di pusat negara Arab Saudi dan merupakan tempat di mana ibukota negara tersebut berada. Nejd juga merupakan bagian tengah dari Semenanjung Arab.
Dalam buku yang ditulis oleh Sayyed Hossein Nasr "Mecca The Blessed and Medina the Radiant" padang Arafah merupakan tempat bertemunya Nabi Adam 'alaihissalam dan ibunda Hawa. Masih menurut Saayed Hossein nabi Adam 'alaihissalam saat diturunkan atau dikeluarkan dari surga berada di pulau Sandib atau Srilangka sedangkan ibunda Hawa di Arabia.
Sebagaimana yang dikisahkan dalam Al Qur'an surat Al A'raf ayat 22 bahwa nabi Adam 'alaihissalam tergoda oleh bujuk rayu syaithon untuk memakan buah khuldi yang mengakibatkan dikeluarkan dari surga. Maka di ayat berikutnya yaitu ayat 23 Allah menerima pertobatannya. Setelah itu Adam 'alaihissalam pun diminta untuk mengelilingi Baitul Makmur sebanyak tujuh kali.
Baitul Makmur adalah ka'bah bagi penduduk langit ke tujuh. Di tempat inilah Rasulullah SAW bertemu dengan nabi Ibrahim 'alaihissalam yang menyandarkan punggungnya pada Baitul Makmur karena beliau adalah nabi yang membangun ka'bah di bumi. Ibnu Katsir juga menyampaikan bahwa letak Baitul Makmur itu lurus di atas ka'bah.
Ratusan tahun Adam 'alaihissalam dan ibunda Hawa dipisahkan, kemudian dipertemukan di padang Arafah.
Kisah ini merupakan keajaiban di padang Arafah karena merupakan bagian penting dalam sejarah pertemuan manusia pertama dengan pasangannya.
Adam dan Hawa pun berpelukan hingga Adam 'alaihissalam melihat satu titik yang saat ini kita sebut sebagai ka'bah.
Menurut DR. Quraish Shihab dalam bukunya "Haji dan Umrah" nama arafah memiliki arti mengenal atau mengakui. Sebab di lokasi ini setiap manusia harus mengenal jati dirinya dan menyadari setiap dosa yang telah diperbuat.
Sedangkan wukuf artinya berhenti atau berdiam diri. Ini mencerminkan kontemplasi, muhassabah manusia atas kehidupan dan segala ciptaan Allah SWT.
Adapun Ali Syari'ati dalam bukunya "Al Hajj" menjelaskan bahwa wukuf di padang Arafah adalah usaha manusia untuk merenungkan hakikat penciptaan alam semesta, bermuhasabah atas perbuatan yang telah dilakukan dan menjadikan tempat tersebut sebagi tempat penghisaban.
Ali Syari'ati juga menambahkan bahwa dari makna Arafah mencerminkan gambaran dari padang mahsyar di akhirat kelak, sebagai tempat di mana segala amal perbuatan manusia selama hidup di dunia akan dihisab, dihitung.
Oleh karenanya saat wukuf di padang Arafah ini para jamaah haji sangat dianjurkan untuk banyak berdoa, memperbanyak istighfar (mohon ampunan) kepada Allah SWT serta melakukan introspeksi atas segala perbuatan yang pernah dilakukan.
Wukuf di Arafah merupakan cara mengingatkan ummat Islam tentang bagaimana kondisi di hari perhitungan kelak.
"Manusia akan dikumpulkan pada hari kiamat dengan tidak beralas kaki, tidak berpakaian dan belum dikhitan."(HR Muslim)
Digambarkan pula bahwa semua wajah tertunduk di hadapan Allah Yang Maha Hidup lagi Maha Mengurus. Sungguh rugi orang yang membawa kedzaliman (QS Thaha ayat 111).
Saat di padang Mahsyar manusia juga tidak dapat berbicara. Mereka tidak dizinkan (berbicara) sehingga (dapat) meminta maaf (QS Al Mursalat ayat 35-36).
Manusia juga akan lupa kepada keluarganya. "Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutlah akan hari yang (ketika itu) seorang bapak tidak dapat membela anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) membela bapaknya sedikit pun. (QS Luqman ayat 33)
Keadaan manusia di padang Mahsyar juga digambarkan dalam surat Al Jatsiyah ayat 28 : (Pada hari itu) engkau akan melihat setiap ummat berlutut. Sementara Rasulullah SAW menjelaskan posisi orang kafir dalam posisi tersungkur.
Digambarkan pula bahwa kelak di padang Mahsyar matahari didekatkan di atas kepala dengan jarak satu mil. Teriknya panas matahari ini membuat manusia digambarkan bercucuran keringat hingga ada yang menenggelamkan mereka sendiri.
"Pada hari kiamat kelak manusia akan berkeringat sehingga keringatnya meresap ke dalam bumi sedalam tujuh puluh hasta dan keringatnya menenggelamkan mereka hingga mencapai telinga mereka."(HR Bukhari dan Muslim)
Begitu istimewanya tanggal 9 Dzulhijjah atau saat wukuf di padang Arafah, maka bagi ummat Islam yang sedang tidak menunaikan ibadah haji sangat dianjurkan atau hukumnya sunnah mu'akad untuk melaksanakan shaum atau puasa Arafah.
Ada banyak keutamaan atau fadhilah bagi orang yang melaksanakan ibadah puasa Arafah yaitu dihapuskannya dosa selama dua tahun, satu tahun yang telah berlalu dan satu tahun yang akan datang.
"Dari Abi Qatadah radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah SAW bersabda," Puasa hari Arafah menghapuskan dosa dua tahun, yaitu tahun sebelumnya dan tahun sesudahnya. Puasa Asyura' menghapuskan dosa tahun sebelumnya." (HR Jama'ah ahli hadits kecuali Bukhari dan Tirmidzi)