Aku pandangi terus kedua matanya yang berkaca-kaca begitu bening, sebening mimpi-mimpinya mungkin.Alisnya yang tebal, setebal kewibawaan ke-ibu-an.Pipinya, seperti apel yang sebentar lagi matang.Dia tersenyum menyambut sapaan dari temannya, terlihat lesung di pipinya yang mampu membelah kerumunan orang.
Dan sejenak itu aku memandang.Terasa ada candu di mataku.Dan Hatiku bergumam "indah nian, ibunya dulu ngidam apa sih? Bapaknya dulu khitan dimana sih?".Dan pada saat ini, yang tiap hari kecanduan dengan rokok, sekarang sudah berpindah candu ke gadis ber-alis tebal itu.
Kubawa-bawa matahari.Ku bagi-bagi layaknya nasi.Semua mendapatkannya.Dan semua tahu bahwa aku sedang jatuh dalam ke-egois-an.Tapi inilah anugerah yang kuasa yang diberikan hambanya.
To be continued...