Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ruang Kelas

Teori Perkembangan Psikologis yang Ditemukakan oleh Erick Erikson

13 November 2024   23:46 Diperbarui: 13 November 2024   23:52 35 0
Teori perkembangan psikologis yang dikemukakan oleh Erik Erikson merupakan salah satu teori yang paling berpengaruh dalam bidang psikologi perkembangan. Teori ini menekankan bahwa perkembangan manusia tidak berhenti pada masa kanak-kanak, melainkan terus berlanjut sepanjang hidup. Erikson mengembangkan konsep ini dengan memperkenalkan **delapan tahap perkembangan psikososial**, di mana setiap tahap mencakup tantangan atau krisis psikososial yang perlu dihadapi individu untuk berkembang dengan baik. Jika tantangan ini berhasil diatasi, individu dapat melanjutkan ke tahap berikutnya dengan lebih sehat secara psikologis.

### Latar Belakang Erik Erikson

Erik Erikson lahir pada 15 Juni 1902 di Frankfurt, Jerman. Ia adalah seorang psikolog dan psikoanalis yang sangat dipengaruhi oleh teori Sigmund Freud, meskipun ia mengembangkan pandangannya sendiri mengenai psikososial, yang berbeda dari pandangan Freud yang lebih fokus pada teori psikoanalitik. Erikson mengadaptasi teori Freud tentang perkembangan seksual dan menghubungkannya dengan konsep sosial dan budaya yang lebih luas, yang mencakup hubungan individu dengan masyarakat di sekitarnya.

Erikson berpendapat bahwa perkembangan manusia adalah suatu proses yang terjadi sepanjang hidup, dari lahir hingga akhir hayat, dan dipengaruhi oleh interaksi antara faktor biologis dan lingkungan sosial. Teori ini berfokus pada bagaimana individu berkembang melalui berbagai konflik dan tantangan psikososial yang dihadapi pada setiap tahap kehidupannya.

### Delapan Tahap Perkembangan Psikososial

1. **Tahap 1: Kepercayaan vs. Ketidakpercayaan (Trust vs. Mistrust)**
   - **Usia**: 0-1 tahun
   - Pada tahap ini, bayi mengembangkan rasa kepercayaan atau ketidakpercayaan terhadap dunia dan orang-orang di sekitarnya, terutama pengasuh utama (biasanya orang tua). Jika kebutuhan dasar bayi (makanan, kenyamanan, kasih sayang) dipenuhi dengan konsisten, bayi akan merasa bahwa dunia ini dapat dipercaya. Sebaliknya, jika kebutuhan ini tidak dipenuhi, bayi akan merasa cemas dan tidak mempercayai orang lain.

2. **Tahap 2: Otonomi vs. Rasa Malu dan Ragu (Autonomy vs. Shame and Doubt)**
   - **Usia**: 1-3 tahun
   - Pada tahap ini, anak mulai mengembangkan kemampuan fisik dan kognitif untuk melakukan hal-hal secara mandiri, seperti berjalan, berbicara, dan mulai belajar tentang kontrol diri. Jika orang tua atau pengasuh memberikan kesempatan bagi anak untuk mengeksplorasi dan membuat pilihan, anak akan merasa memiliki otonomi dan kontrol atas dirinya. Sebaliknya, jika orang tua terlalu mengontrol atau menghukum anak, anak dapat merasa malu dan ragu dengan kemampuan dirinya.

3. **Tahap 3: Inisiatif vs. Rasa Bersalah (Initiative vs. Guilt)**
   - **Usia**: 3-6 tahun
   - Anak mulai mengembangkan inisiatif dan rasa ingin tahu tentang dunia di sekitarnya. Mereka mulai mengembangkan kemampuan untuk merencanakan dan melaksanakan kegiatan mereka sendiri. Ketika anak diberikan kesempatan untuk mengambil inisiatif dan berkreasi, mereka merasa percaya diri. Namun, jika inisiatif mereka dihukum atau dibatasi, mereka dapat merasa bersalah atau malu terhadap ide-ide dan keinginan mereka.

4. **Tahap 4: Industri vs. Inferioritas (Industry vs. Inferiority)**
   - **Usia**: 6-12 tahun
   - Pada tahap ini, anak-anak mulai berinteraksi lebih banyak dengan teman sebaya dan mengembangkan keterampilan yang berguna untuk kehidupan sehari-hari. Mereka mulai merasa bangga dengan pencapaian mereka dan belajar pentingnya kerja keras serta kerjasama. Jika mereka gagal untuk mengembangkan keterampilan ini, mereka mungkin merasa inferior atau tidak mampu dibandingkan dengan teman-temannya.

5. **Tahap 5: Identitas vs. Kebingungan Peran (Identity vs. Role Confusion)**
   - **Usia**: 12-18 tahun
   - Masa remaja adalah periode pencarian identitas yang penting. Remaja mulai mempertanyakan siapa mereka sebenarnya, apa yang ingin mereka capai, dan bagaimana mereka berhubungan dengan orang lain. Jika mereka berhasil mengatasi kebingungan ini, mereka akan mengembangkan identitas yang kuat. Sebaliknya, jika mereka merasa bingung tentang peran dan tujuan hidup mereka, mereka dapat mengalami kebingungan identitas.

6. **Tahap 6: Intimasi vs. Isolasi (Intimacy vs. Isolation)**
   - **Usia**: 18-40 tahun
   - Pada tahap ini, individu mencari hubungan intim dengan orang lain, baik dalam bentuk persahabatan maupun hubungan romantis. Jika seseorang dapat membentuk hubungan yang dalam dan sehat, mereka akan merasa terhubung dan puas. Namun, jika mereka kesulitan membangun hubungan intim, mereka bisa merasa terisolasi dan kesepian.

7. **Tahap 7: Generativitas vs. Stagnasi (Generativity vs. Stagnation)**
   - **Usia**: 40-65 tahun
   - Di tahap dewasa ini, individu berfokus pada kontribusi mereka terhadap masyarakat dan generasi berikutnya, baik melalui pekerjaan, keluarga, atau kegiatan sosial. Generativitas merujuk pada perasaan memberi dan menciptakan sesuatu yang bermakna untuk orang lain. Jika seseorang merasa tidak berkontribusi atau tidak puas dengan pencapaiannya, mereka dapat mengalami stagnasi dan merasa tidak berkembang.

8. **Tahap 8: Integritas vs. Keputusasaan (Integrity vs. Despair)**
   - **Usia**: 65 tahun ke atas
   - Pada tahap ini, individu merenungkan kehidupan mereka dan mengevaluasi pencapaian mereka. Jika mereka merasa hidup mereka berarti dan mereka telah menjalani hidup dengan integritas, mereka akan merasakan kepuasan dan kedamaian. Namun, jika mereka merasa hidup mereka tidak memiliki makna atau mereka menyesal, mereka dapat merasa putus asa dan cemas tentang kematian.

### Konsep-konsep Kunci dalam Teori Erikson

Erikson mengembangkan beberapa konsep kunci yang penting dalam pemahaman teori ini:

- **Krisis Psikososial**: Setiap tahap perkembangan dihadapkan dengan sebuah krisis atau tantangan yang harus diatasi. Keberhasilan atau kegagalan dalam mengatasi krisis ini akan mempengaruhi perkembangan psikologis individu di tahap berikutnya.
- **Resolusi Krisis**: Setiap krisis memiliki dua kemungkinan resolusi: resolusi positif yang akan memperkuat perkembangan individu, dan resolusi negatif yang dapat menciptakan masalah dalam perkembangan lebih lanjut.
- **Identitas**: Proses pencarian dan pembentukan identitas adalah tema sentral dalam teori Erikson, terutama pada masa remaja. Erikson percaya bahwa pembentukan identitas yang sehat adalah kunci untuk perkembangan pribadi yang matang.

### Implikasi Teori Erikson

Teori Erikson memiliki banyak implikasi dalam berbagai bidang, seperti pendidikan, psikoterapi, dan pengasuhan. Dalam konteks pendidikan, misalnya, pemahaman terhadap tahap-tahap perkembangan psikososial dapat membantu guru dan pendidik untuk memberikan dukungan yang lebih baik sesuai dengan usia dan tahap perkembangan siswa. Dalam psikoterapi, pemahaman tentang konflik psikososial yang belum terselesaikan dapat membantu terapis untuk membantu klien mengatasi masalah masa lalu yang mempengaruhi kehidupan mereka saat ini.

Dalam konteks pengasuhan, teori ini menunjukkan pentingnya memberikan dukungan yang sesuai dengan usia anak. Misalnya, pada tahap pertama (kepercayaan vs. ketidakpercayaan), pengasuh harus memenuhi kebutuhan fisik dan emosional bayi untuk membangun dasar kepercayaan. Pada tahap berikutnya, orang tua harus memberi kesempatan bagi anak untuk mengeksplorasi dan mengembangkan kemandirian tanpa terlalu banyak mengontrol.

### Kesimpulan

Teori perkembangan psikososial Erik Erikson memberikan pemahaman yang luas dan mendalam tentang bagaimana individu berkembang melalui berbagai tahap kehidupan mereka. Dengan memperkenalkan delapan tahap perkembangan psikososial, Erikson menekankan bahwa perkembangan adalah proses seumur hidup yang melibatkan interaksi kompleks antara faktor internal dan eksternal. Setiap tahap perkembangan memiliki tantangan tersendiri, dan bagaimana individu menghadapinya akan mempengaruhi perkembangan mereka di masa depan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun