Jakarta di Selasa pagi ini mendung. Cuaca cenderung gelap, tidak biasanya. Pohon Terminalia di tengah halaman depan, berdaun seukuran jempol, kehijauannya disaput angin bergerak bak gemericik air menari-nari. Di bilangan pemukiman kami, baru saja lewat tukang sayur mendorong gerobak bermantel plastik tipis. Ia bersandal jepit berbulir air menciprat ke belakang langkah. Saya mengamati momen itu dalam setitik Ibu Kota di hujan rintik. "Sayur, sayur ...," suara di lingkungan kami di bilangan pusat Jakarta.
KEMBALI KE ARTIKEL