Setelah stasiun UI, kereta listrik berhenti di Stasiun Pondok Cina. Satu stasiun lagi, Depok Baru akan dituju oleh kereta ekonomi ini. Saya berarah ke pintu kereta sebelah kiri. Sebab, setelah stasiun Depok Baru, saya akan turun di Stasiun Depok Lama. Orang-orang menyebutnya dengan cara menyingkat menjadi “ Stadela”, penamaan yang samasekali tidak membuat suasana stasiun menjadi lebih cantik, bersih dan mewah. Padahal nama stadela bagi telinga kampung saya terasa lebih “mewah”. Tapi, banyak yang tidak tahu kenapa pemukiman sebelum kita memasuki kota Depok dinamakan Pondok Cina. Adakah dahulu banyak rumah-rumah etnik cina disana. Atau pecinan di Depok ada di kawasan ini sebelumnya? Saya kemudian menemukan jawabnya melalui sebuah buku karya Alwi Shahab yang berjudul
“Betawi Queen of East”. Buku berwarna coklat ini mulai menjawab rasa ingin tahu tersebut soal asal muasal nama Pondok Cina.
Begini ceritanya: Meski Depok baru saja berulang tahun ke 12, wilayah ini sudah dihuni manusia sejak ratusan tahun lalu. Tercatat, dahulu ada seorang petinggi VOC bernama Cornelis Chastelein memiliki ribuan hektar tanah partikelir di kawasan yang bernama Depok dan mulai membuka kawasan ini pada tahun 1696. Tanah partikelir adalah tanah pertuanan, dimana si pemilik tanah selain memanfaatkan tanah juga berhak mengambil pajak langsung kepada pribumi yang berada dalam kawasan yang diklaim sebagai tanahnya tersebut. Aturan ini dihapus setelah negeri kita merdeka. Meskipun banyak tanah partikelir juga telah dibebaskan oleh para pemiliknya secara pribadi dan bahkan beberapa tanah partikelir dibeli oleh pemerintah belanda untuk dibebaskan. Cornelis sendiri mempunyai ratusan budak yang ia tugaskan untuk menjadi tenaga kerja pada tanahnya. Budak-budak ini berasal dari seantero negeri apakah dari Bali, Timor, Maluku dan Jawa. Sebelum Cornelis wafat, ia mewasiatkan semua tanahnya kepada para budak ini dan membebaskan mereka sebagai manusia merdeka. Kelak, para anak keturunan mereka inilah yang menjadi cikal bakal alias penghuni asli kawasan Depok Lama ini yang banyak disebut sebagai Belanda Depok. Lalu, darimana asal kata kampung Pondok Cina. Dalam wasiat si Cornelis, para pedagang Cina yang akan berdagang di Depok dilarang untuk menginap di Depok. Padahal, jarak Jakarta dan Depok pada waktu itu terbilang jauh jika menggunakan kereta kuda apalagi bagi pedagang keliling yang berjalan kaki. Nah, para pedagang Cina ini mensiasatinya dengan cara menginap di sebuah desa sebelum esok paginya melanjutkan kerja berjualan ke Depok. Itulah cikal bakal kawasan Pondok Cina di tepi kota Depok arah Jakarta. Asal muasalnya adalah tempat pedagang Cina mondok semalaman alias menginap.
KEMBALI KE ARTIKEL