Kebijakan pengembangan pariwisata pemerintah kabupaten Banyuwangi telah berkembang. Pemerintah ingin memperoleh nilai tambah ekonomi dari sektor pariwisata dan penunjangnya. Ada tiga program utama, yakni wisata alam, wisata budaya dan agrowisata; dan kemudian diperkuat dengan promosi dan festival wisata (http://banyuwangitourism.com/). Secara geografi, kabupaten Banyuwangi adalah wilayah transit menuju Bali dan sebaliknya. Posisi strategis ini juga didukung kekayaan alam dan budaya Banyuwangi yang memiliki nilai wisata, selain faktor kesiapan SDM dan warga masyarakat lokal. Banyuwangi memiliki kekayaan alam pegunungan, dataran, dan pesisir. Ada tiga kawasan konservasi taman nasional di dekat Banyuwangi, yakni Baluran (sebenarnya masuk wilayah kabupaten Situbondo), Alas Purwo dan Meru Betiri. Banyuwangi juga memiliki budaya Osing, budaya lokal penduduk asli Banyuwangi. wilayah Banyuwangi dikenal sebagai wilayah yang subur dan produktif dalam menghasilkan produk pertanian, pangan dan olahannya. Ini akan dapat diangkat dan dipromosikan melalui pariwisata. Wilayah selatan Banyuwangi merupakan sentra produksi pertanian, dan didukung prasarana dan sarana transportasi yang memadai.
Pulau Merah berjarak sekitar 100 km dari kota Jember. Menuju lokasi, pengunjung dapat melalui jalan nasional Jember – Banyuwangi. Tepat di kecamatan Genteng, berbelok arah ke selatan dengan jalanan aspal yang sangat halus. Sekitar 15 km dari Genteng, akan memasuki wilayah kecamatan Gambiran. Dari sini, pengunjung kemudian memilih jalan ke arah pantai selatan menuju kecamatan Pesanggaran, dengan dipandu rambu-rambu yang sangat jelas menuju pulau Merah. Pada arah yang sama, di kecamatan Pesanggaran sebenarnya ada petunjuk ke arah tujuan wisata yang lain, yakni Rajegwesi (masuk wilayah Taman Nasional Meru Betiri). Jalanan kecamatan juga beraspal namun agak sempit. Penulis bepergian menggunakan bis kecil dapat sampai pantai Pulau Merah dengan nyaman. Perjalanan dari Genteng hingga pulau merah ditembuh sekitar 60 menit. Jalanannya relatif datar, sehingga sangat nyaman untuk kegiatan bersepeda. Kelompok pegiat sepeda sering memanfaatkan rute menuju pulau Merah sebagai area tour.
Begitu sampai di pantai, desa Sumberagung, nampak suasana yang rapi, bersih, dan nyaman. Masuk ke lokasi wisata, pengunjung di kenakan tarif masuk sebesar 2500 rupiah. Di sekitar pintu masuk nampak ada beberapa homestay sederhana. Di lokasi wisata ini nampak sangat nyaman, pemandangannya ‘aman’. Mengapa? Umumnya di lokasi wisata, banyak orang-orang nongkrong, sebagian dari mereka kemudian berdiri “berebut” rejeki menyambut pengunjung wisata. Disini tidak. Orang-orang nampak sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Ini membuat pengunjung merasa nyaman, tidak terganggu, sehingga leluasa mengeksplorasi lokasi wisata. Bagaimanapun, pengunjung adalah orang-orang yang relatif matang memahami wisata dan ingin meningkatkan pengetahuan wisatanya, selain untuk menemukan kepuasan berwisata. Potret “masyarakat wisata” di pantai pulau Merah ini nampaknya sudah terbentuk, dan siap memberikan layanan wisata kepada pengunjung.
Penulis melihat sesuatu “sentuhan pengelolaan” wisata yang cukup baik. Lahan parkir tersedia cukup luas, baik untuk bis, mobil atau motor, menempati area di tepi lokasi wisata. Di sekitar tempat parkir juga tersedia warung-warung yang permanen atau semi permanen (berjumlah sekitar 40 warung) untuk melayani pengunjung. Lahan parkir dan warung menempati area sekitar 4 - 5 ha. Area ini dapat menjadi tempat istirahat atau aktivitas wisata di luar pantai. Suasananya pun sangat sejuk dan rindang, ternaungi tanaman pantai (bakau) dan pepohonan. Di area ini juga tersedia bangunan gasebo (untuk duduk dan makan). Pengunjung juga dapat membawa dan menggelar tikar untuk duduk dan bercengkerama. Tersedia pula kamar mandi yang cukup bersih untuk keperluan bilas atau lainnya.