Dalam berbagai kesempatan, saya sampaikan kepada orang lain tentang kegiatan menulis, manfaat menulis, dan seluk beluk kehidupan menulis. Saya mengajak siapa saja untuk menulis, memotivasi mereka untuk mau duduk, membaca, tenang dan fokus, dan menggunakan pena (atau komputer) untuk menulis.
Namun masih ada sedikit perasaan belum puas ketika mengajak orang lain untuk menulis. Tapi perasaan itu segera saya tekan, karena waktu yang akan membuktikan sehingga mereka nanti akan paham tentang menulis. Mereka mungkin belum dapat “hidayah” menulis. Memang menulis itu seperti mendisain dan membangun rumah sendiri. Penulis akan menjadi bos sekaligus tukang untuk mendisain rumahnya sendiri. Bila ia (sebagai bos) marah,... maka sedang memarahi dirinya sendiri (sebagai tukang). Mana ada bos yang mau jadi tukang, gengsi dong he..he... Tapi itulah karakter seorang penulis. Disana akan tercurah energi, keringat, suka duka dan kepuasan. Bila disain rumah tidak sesuai, maka tulisan dapat dirubah dan diulang lagi, sampai memperoleh rumah yang indah, sejuk, aman, nyaman dan berkah bagi penghuninya, layaknya surga (baiti jannati)
Berikut ini tip untuk belajar atau memulai menulis.
Pertama, segera menulis. Tip ini wajib dilakukan. Menulis tidak perlu harus belajar di sekolah khusus. Kuncinya adalah mencoba, dan practice everyday. Berlatih dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara yang mudah adalah menulis kegiatan di buku harian (menuliskan apa yang dilakukan, melakukan apa yang ditulis). Tulislah apa saja rencana kegiatan hari itu. Setelah kegiatan terlaksana, maka tulislah kesan positif tentang kegiatan itu minimal 10 kalimat. Upayakan setiap hari menulis sedikitnya 10 kalimat, secara terus menerus. Jadikan menulis menjadi kebutuhan untuk berbuat positif.
Kedua, sabar. Menulis bukanlah kegiatan yang mudah, langsung jadi, atau tuntas. Menulis butuh energi, keringat, dan ketenangan (mengendalikan emosi), seperti halnya mendisain rumah sendiri. Menulis pastinya perlu penguasaan materi (dari membaca) dan penggunaan tata bahasa, serta latihan terus menerus. Itu semua membutuhkan sikap kerendahan hati dan perilaku sabar. Untuk menjadi trampil menulis dan menghasilkan tulisan yang baik, membutuhkan waktu yang mungkin lama. Saat ini, saya masih mendampingi seseorang yang menulis sekitar 40 artikel selama satu tahun lebih. Kini ia mulai mampu menggunakan kata, dan menyusun kalimat dengan baik. Saya masih menganjurkan ia banyak membaca buku atau pengetahuan lain, dan terus rajin menulis.