Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

11 February Diujung Malam

10 Februari 2012   20:55 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:48 215 3

Seperti biasanya aku berjalan menelusuri lorong malam.

“Ah, gembel-gembel itu masih saja menghiasi lorong gelap kota ini.

Disudut jalan, mata-mata merah itu memandangku dengan sinis.

Tawa binal perempuan malam terasa renyah mengundang sahwat.

Dentang lonceng berbunyi tiga kali.

Langkahku semakin jauh menelusuri gelap malam.

Orang gila itu masih saja menyanyikan lagu-lagunya.

Dibawa gembolannya pergi, langkahnya sama dengan langkahku yang tak berarah.

Malam  terus merambat pagi.

Riuh rendah suara pedagang mengisi lapak.

Satu persatu manusia malam itu menghilang.

Tak terdengar lagi suara desah dosa malam.

Malam menghilang, fajarpun menyingsing.

Debu-debu jalan datang lagi.

Gembel-gembel itu menggeliat.

Suara sombong pagi membuatnya berlari.

Iwan Kodrat Bandarlampung, 11 february

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun