Cercaan demi cercaan di-parcel-kan kepada Fauzi Bowo tanpa henti. Kebakaran yang terjadi di Jakarta pun menyulut kredibilitas gubernur Jakarta ini. Bahkan satu kejadian yang tidak membuat tentram warga Solo dikait-kaitkan dengannya tanpa memandang bukti yang jelas.
Fauzi Bowo akan terus dan terus dicari kesalahannya, ia dituntut untuk bisa menyulap fly over dalam satu malam atau koridor busway dalam hitungan jam sudah harus tersedia. Jika perlu dicermati, semua tindakan seorang gubernur tidak serta merta melakukan sesuatu tanpa persetujuan berbagai pihak meski ia merupakan orang nomor satu di ibukota. Perencanaan yang matang, AMDAL, keefektifan dan faktor-faktor lain sangat perlu dikaitkan dalam satu perencanaan. Tidak sembrono dengan mengetahui dana sebegitu banyak, kita harus bisa membangun ini-itu.
Dibandingkan dengan Jokowi yang selalu mempertanyakan dana pembangunan Jakarta yang sudah ada tapi tidak terealisasi. Silakan dicermati dengan kalimat absurd seorang Jokowi kepada kesemrawutan Jakarta, ”menggerakkan orangnya bukan mobilnya.” Kalimat yang sangat bertolak belakang dengan orang yang mengaku sebagai pencetus/pembuat mobil Esemka yang berharga murah, meski belakangan warga Jakarta mengetahui ia hanya sebagai orang yang mempopulerkannya.
Fauzi Bowo akan terus dinantikan eksekusi pembangunan di Jakarta ini. Siapapun akan mengincar mega proyek yang sudah berjalan, yang sudah banyak dinikmati warga Jakarta.
Fauzi Bowo bisa digantikan oleh orang yang bukan hanya “JAGO” dalam pencitraan. Karena tugas seorang gubernur Jakarta bukan hanya menyalami warga di pasar atau di jalan, ada tugas besar yang akan dinikmati warga Jakarta hingga beberapa tahun ke depan. Meski pencitraan seperti itu sudah pernah dilakukan oleh Fauzi Bowo sejak ia menjadi wakil gubernur.
Fauzi Bowo harus menyelesaikan pekerjaannya hingga kesempatan itu berakhir. Warga Jakarta setuju jika Fauzi Bowo bisa diganti oleh seorang yang berpengalaman dan merasakan hiruk pikuk ibukota. Tidak digantikan oleh seseorang yang mengetahui Jakarta dari internet atau orang yang sudah pernah ke Jakarta satu minggu sekali.
Bermodalkan pencitraan tidak akan mampu merebut hati masyarakat yang dianggapnya cerdas oleh warga Jakarta yang cerdas. Pencitraan seperti itu terkadang menjadi kedok dari partai pendukungnya. Pencitraan yang menutupi satu atau beberapa niat yang tidak diungkapkan di awal pertemuan demi merebut hati masyarakat.
Namun hati masyarakat yang cerdas tidak akan tertipu oleh beberapa orang yang berambisi untuk memimpin Jakarta karena kekayaan yang akan didapat dan membukakan pintu bagi partai pendukungnya untuk posisi RI 1.
Satu hal lagi yang kini sudah dimengerti oleh masyarakat Jakarta yang cerdas, Jakarta tidak akan mungkin dipimpin oleh seseorang yang tidak setia dengan amanah warga yang telah memilihnya. Jokowi yang akan meninggalkan pekerjaan sebelum masa berakhirnya dan Ahok dengan track recordnya sebagai kutu loncat yang lebih tidak amanah lagi. Apakah mereka sudah pamit kepada warganya yang dulu disodorkan pencitraan mereka? Saya rasa warga akan sangat senang ditinggal seorang pemimpin yang tidak amanah dan terkenal sebagai kutu loncat demi memperkaya dirinya sendiri.
Maaf, sekali lagi Jakarta kagak mau gambling.
Meski saya konsisten memakai kemeja kotak-kotak. Saya tetap memilih FOKE yang konsisten untuk tanah Betawi. Itu saja.