Saat saya pertama kali menghadiri konferensi mahasiswa internasional di Yogyakarta, saya menyadari betapa erat kaitannya komunikasi internasional, antar etnis, dan antar ras dengan komunikasi antar budaya. Dalam sesi diskusi, kami berbicara tentang isu lingkungan global. Peserta dari berbagai negara membawa perspektif yang dipengaruhi oleh budaya mereka. Seorang teman dari Jepang menekankan harmoni, sementara peserta dari Amerika lebih fokus pada kebebasan individu. Di sini, komunikasi internasional terjadi di ranah budaya yang beragam, menghubungkan orang-orang dari latar belakang etnis dan ras yang berbeda. Ini adalah contoh nyata bagaimana komunikasi antar budaya menjadi landasan untuk memahami berbagai perspektif. Â
2. Hambatan yang Harus Dilampaui
Namun, hambatan seperti stereotipe dan prasangka kerap muncul. Salah satu peserta awalnya ragu berbicara dengan saya karena mengira saya tidak memahami bahasa Inggris dengan baik hanya karena saya berasal dari timor leste. Pengalaman ini menyadarkan saya akan pentingnya membuka diri dan membangun kepercayaan. Stereotipe dan etnosentrisme membatasi kita untuk benar-benar memahami orang lain. Ketika akhirnya kami saling berbicara, ia terkejut dengan pandangan saya yang luas tentang isu global. Pengalaman ini menegaskan bahwa hambatan komunikasi bisa diatasi dengan sikap saling menghormati. Â
3. Bertemu Orang Baru: Langkah Pertama dalam Komunikasi Antar Budaya Â
Setiap kali saya bertemu dengan orang baru dari budaya berbeda, langkah pertama yang saya lakukan adalah mendengarkan. Saat menghadiri acara budaya di Bali, saya bertemu dengan seorang teman dari Prancis. Saya mulai dengan bertanya tentang pengalamannya di Indonesia, tanpa terburu-buru memberikan pendapat. Saya juga mencoba memahami gestur tubuh dan ekspresi wajahnya, karena komunikasi nonverbal juga sangat penting dalam lintas budaya. Dari sini, kami menemukan kesamaan: kecintaan pada seni lokal. Â
4. Pengalaman Antar Budaya yang Tak Terlupakan Â
Salah satu pengalaman paling berharga saya adalah ketika mengunjungi komunitas adat di Timor Leste baucau, tempat asal keluarga besar saya. Sebagai seseorang yang lahir di kota, saya merasa seperti "orang luar" di tengah kerabat saya sendiri. Bahasa, adat, dan nilai-nilai mereka terasa baru. Meski begitu, saya menemukan keindahan dalam mendengarkan cerita-cerita mereka tentang leluhur. Saya belajar bahwa kunci komunikasi antar budaya adalah menghormati dan merangkul perbedaan, karena di sanalah letak kekayaan pengalaman manusia. Â
5. Urgensi Komunikasi Antar Budaya untuk Jurnalis
Jika suatu hari saya menjadi jurnalis, pemahaman komunikasi antar budaya akan menjadi bekal utama. Dalam meliput isu-isu lintas negara atau budaya, kemampuan memahami konteks budaya akan membuat liputan lebih relevan dan akurat. Misalnya, ketika meliput tradisi keagamaan di daerah tertentu, saya tidak hanya melaporkan fakta, tetapi juga menyampaikan nilai dan makna di balik tradisi tersebut. Komunikasi antar budaya membantu saya memahami bahwa cerita terbaik lahir dari kemampuan kita untuk mendengarkan dengan hati terbuka.