Pada zaman sekarang, mayoritas generasi muda memiliki nilai minat yang sangat rendah terhadap kesenian tradisional di daerahnya masing-masing. Bahkan mereka tidak mengetahui bahwa kesenian tersebut hampir punah karena tergerus oleh zaman.
Salah satu contoh kesenian yang telah mengalami hal tersebut adalah Ludruk, warisan kesenian asli Jawa timur.
Ludruk adalah salah satu bentuk seni pertunjukan tradisional khas Jawa Timur, Indonesia. Dalam bentuknya, ludruk adalah teater rakyat yang menyajikan kisah-kisah kehidupan sehari-hari masyarakat kelas bawah, humor, dan kritik sosial. Pertunjukan ini biasanya dibawakan dalam bahasa Jawa Timur, sering kali dengan dialek khas Surabaya atau Malang.
Ludruk sering dipentaskan pada acara-acara yang bersifat menghibur, seperti acara-acara yang diadakan pada malam hari, pesta pernikahan, dan pesta rakyat. Pementasan ludruk biasanya dimulai pada pukul 21.00 dan berlangsung selama 3--4 jam.
Ludruk sudah dikenal oleh masyarakat sejak abad ke-12 di sekitar Mojokerto-Surabaya. Ludruk yang dikenal pada masa itu disebut ludruk bandhan, yang berisi pertunjukan pamer kekuatan tubuh dan kekebalan. Ludruk bandhan diiringi alat musik jidor dan kendang, dan dipentaskan di tanah terbuka.
Â
Seni Ludruk dikenal dengan keunikan dalam pementasannya yang memadukan unsur-unsur komedi, musik, tari, dan dialog.
Berikut beberapa elemen penting dalam ludruk:
Tema Cerita: Cerita dalam ludruk biasanya menceritakan kehidupan rakyat biasa, seperti petani, buruh, dan pedagang. Sering kali, cerita mengandung pesan moral, kritik sosial, atau cerminan kondisi sosial ekonomi di tengah masyarakat.
Karakter Utama: Ludruk memiliki tokoh khas seperti "Cak", "Juk", atau "Yok" yang berperan sebagai pelawak dan sering menghidupkan suasana dengan dialog lucu. Tokoh-tokoh ini membuat penonton tertawa sambil menyelipkan kritik sosial atau politik yang ringan.
Pembukaan: Salah satu ciri khas ludruk adalah pembukaannya yang disebut "Ngremo" atau "Tari Remo". Ini adalah tarian yang biasanya dibawakan oleh seorang pria untuk membuka pertunjukan dan menunjukkan energi serta semangat Jawa Timur.
Dialog dan Improvisasi: Ludruk terkenal dengan dialog yang penuh humor, spontan, dan kadang improvisasi. Para pemain sering menanggapi penonton secara langsung, sehingga menciptakan interaksi yang dinamis.
Kostum dan Properti: Para pemain ludruk memakai kostum sederhana yang sesuai dengan karakter yang mereka perankan, misalnya pakaian petani, tukang becak, atau pedagang. Kostum ini membantu menciptakan suasana yang sederhana namun otentik.
Ludruk berbeda dari ketoprak, seni teater tradisional lain di Jawa, terutama dari segi bahasa, dialek, serta cerita yang lebih menekankan kehidupan rakyat. Sayangnya, seiring perkembangan zaman dan masuknya hiburan modern, ludruk semakin jarang ditemui dan dianggap sebagai seni yang perlu dilestarikan.
Dalam beberapa tahun terakhir, seni ludruk mengalami tantangan yang signifikan dalam menjaga keberlanjutannya, sebagai generasi muda sudah sepantasnya kita untuk menjaga dan melestarikan kesenian nenek moyang kita supaya kesenian tersebut juga bisa diwariskan pada generasi yang akan datang.