Mohon tunggu...
KOMENTAR
Edukasi

Hamil dan Lapar Terus ? Baca Dulu Ini.

23 Maret 2014   06:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:36 27585 0

JakartaEat for two! Itu yang semua orang bilang kalau lagi hamil. Tapi menurut saya, eat for two is just another old wives tale. Atau dengan kata lain mitos. Kenapa demikian? Jadi harus makan apa? Padahal semua orang terdekat anda pasti menganjurkan banyak makan, banyak makan manis-manis, banyak makan nasi, hingga banyak minum air es supaya cepat besar bayinya. Saya akan bahas disini, supaya anda tahu bahwa untuk menjaga kehamilan anda dan bayi anda tetap sehat, yang anda perlukan hanyalah makan seimbang...bukan makan banyak.

Kalau sedang hamil, maka kebutuhan gizi ibu juga meningkat. Apalagi sang buah hati dalam kandungan membutuhkan asupan nutrisi yang berkualitas dan berkesinambungan dari ibunya. Pengalaman saya, sering kali pada usia awal kehamilan, seorang bumil datang dengan khawatir karena ia mengalami mual dan muntah selama hamil. Ternyata saat ditimbang berat badannya, bumil tersebut malah mengalami penurunan berat badan, bukan kenaikkan berat badan. Hal ini membuat ibunya khawatir bahwa mual dan muntahnya menimbulkan bayinya kekurangan gizi. Apakah benar bumil harus selalu naik berat badannya selama hamil? Mungkin anda juga pernah dengar komentar “Gapapa gendut, lagi hamil koq.Nanti saja ngurusinnya kalau sudah lahiran.” Pertanyaan saya, apakah benar tidak apa-apa seorang bumil menjadi gendut? Apakah tidak ada masalah dalam persalinan kalau bumil jadi gendut? Apakah setiap bumil harus jadi gendut? Pertanyaan-pertanyaan ini yang nanti akan menjawab mitos eat for two.

Berhubung topik yang dibahas saat ini agak sensitif (menyinggung tentang berat badan wanita), maka saya akan sedikit menerangkan batasan kapan seseorang dikatakan gemuk, dan kapan dikatakan normal. Batasan seseorang dinilai gemuk atau tidak adalah berdasarkan Indeks MasaTubuh atau Body Mass Index (BMI). BMI adalah suatu angka yang didapatkan melalui perbandingan antara berat badan dengan kuadrat tinggi badan.

Kemudian hasil yang ada akan dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu :

Indeks tersebut berlaku untuk pria dan wanita yang tidak hamil.

Perhitungan BMI dilakukan sebelum hamil. Bila sudah menjadi bumil, maka perhitungan dan pengelompokkan BMI tidak bisa dilakukan lagi. Setelah mengenal pengelompokkan di atas, maka saya membahas mengenai resiko-resiko apa saja untuk para wanita dan bumil dengan berat badan di atas normal.

Untuk yang baru bekeluarga dan ingin memiliki momongan, maka saya sangat menganjurkan untuk menurunkan berat badan terlebih dahulu. Sebab, berat badan wanita berhubungan dengan kesuburannya. Seorang wanita obesitas (BMI>30) akan mengalami peningkatan kesulitan untuk bisa hamil hingga 2-3 kali lipat dari wanita tidak hamil. Untuk mempercepat kehamilan, maka saya menganjurkan untuk penurunan berat badan 5-10% dari berat badan semula. Misalnya, berat badan 70 Kg, maka saya ajurkan untuk turun 4-7 Kg. Hal ini disebabkan , karena penurunan berat badan akan sangat berpengaruh signifikan terhadap keseimbangan hormonal dan siklus haidnya. Selain itu, pertimbangan lain untuk menurunkan berat badan sebelum hamil adalah, mencegah peningkatan berat badan secara berlebihan saat hamil karena saat hamil, saya sangat menganjurkan bumil untuk tidak diet, tetapi mengatur pola makan.

Resiko yang dihadapi untuk terhadap kehamilan dengan ibu obesitas (BMI>30) dapat terjadi pada ibu dan bayinya. Pada ibu, dapat terjadi : penyakit gula dalam kehamilan (DM gestasional), hipertensi dalam kehamilan, kejang, persalinan sulit, perdarahan pasca persalinan, luka pada jalan lahir akibat proses persalinan, luka sukar sembuh, hingga meningkatkan resiko untuk operasi sesar. Bumil dengan obesitas merupakan bumil dengan resiko tinggi, baik selama kehamilan, maupun dalam persalinannya. Sedangkan resiko untuk bayinya : keguguran, persalinan prematur, bayi besar, bayi mengalami Diabetes, mengalami peningkatan resiko diabetes dan obesitas di kemudian hari, serta diduga juga menimbulkan autis.

Dengan banyaknya resiko terhadap ibu dan bayi yang dikandungnya, maka saya sangat menganjurkan untuk menjaga berat badan anda tetap ideal atau menurunkan berat badan sebelum hamil.Khusus untuk yang sudah mengalami obesitas dan sedang hamil, maka saya menganjurkan kenaikan berat badan untuk dibatasi 5-10 kg saja. Berbeda dengan seorang wanita dengan BMI normal (BMI = 18,5-24,9), maka kenaikan berat badan dianjurkan sebanyak 12-17 Kg), pada BMI overweight (BMI = 25=29,9) dianjurkan kenaikkan berat badan 7-12 kg saja. Dari pembagian BMI ini, maka bumil dan pasangan tahu, bahwa tidak setiap kali ditimbang, bumil harus naik beratnya, melainkan harus mempertahankan kenaikkan berat badannya sesuai dengan kebutuhan bayinya.

Menjaga kenaikkan berat badan tentu saja membutuhkan usaha. Ingat bahwa kenaikkan berat badan bumil tidak sebanding dengan kenaikkan berat badan bayi yang dikandungnya. Bisa saja bumil beratnya bertambah, tapi berat bayinya masih kurang (Baca: Mengenal Janin Kurang Gizi). Oleh karena itu, saya selalu menganjurkan pada bumil agar menjaga kenaikkan berat badan, bukan dengan mengurangi jumlah makan, namun dengan mengganti pola hidup. Yaitu : mengubah jenis dan pola makan, serta meningkatkan aktifitas fisik.

Pasti bumil sudah paham dengan mual-mual selama hamil muda. Rasanya memang tidak enak, dan kadang mual juga disertai dengan muntah yang dapat menimbulkan penurunan berat badan. Langkah pertama yang harus diambil adalah : segera kontrol ke dokter kandungan anda. Pastikan janin dalam keadaan baik dan optimal. Pada kehamilan awal, fungsi plasenta belum sempurna. Oleh karena itu, maka janin memiliki cadangan makanan dalam bentuk kuning telur (bukan hanya ayam saja yang punya kuning telur). Penurunan berat badan pada kehamilan awal akibat mual dan muntah memang sering terjadi dan harus diwaspadai. Pemeriksaan oleh dokter kandungan anda akan menilai apakah anda mengalami dehidrasi atau tidak, keseimbangan elektrolit anda dan untuk menilai kondisi keseluruhan dari janin anda.

Lalu bila anda sudah hamil dan sebelum hamil termasuk dalam kategori obesitas, apa yang harus dilakukan? Hamil bukanlah saat untuk menurunkan berat badan, melainkan saatnya membatasi kenaikkan berat badan. Kenaikkan berat badan didapatkan bukan saja dengan membatasi makan, melainkan dengan meningkatkan kualitas makanannya. Sayur dan buah-buahan harus menjadi porsi makanan terbesar, diikuti dengan sumber protein baik hewani maupun nabati dan terakhir adalah karbohidrat dan lemak. Hindari minuman kaleng, botol atau softdrink lainnya serta junkfood. Sebagai orang Indonesia dengan makanan pokok berupa nasi, saya menganjurkan untuk mengurangi porsi nasi dan mengganti jenis beras putih dengan beras merah. Alternatif lainnya adalah dengan mencampur nasi dengan jagung yang kaya akan serat. Tips lain dari saya adalah dengan mengkonsumsi buah sebelum makan dengan segelas air putih. Tidak perlu makan dengan porsi besar untuk dua orang! Saat anda hamil tua, maka kebutuhan kalori harian anda hanya bertambah 200 kalori saja, atau setara dengan sepiring nasi tanpa lauk pauk. Untuk memenuhi kebutuhan berlebih itu, maka anda dapat memenuhinya dengan mengkonsumsi buah-buahan yang kaya kalori seperti pisang dan alpukat.

Konsumsi makanan manis selama hamil juga menjadi penyumbang obesitas dalam kehamilan. Makanan manis memang meningkatkan berat badan bayi dengan cepat, tapi meningkatkan resiko untuk terjadinya diabetes dalam kehamilan dan meningkatkan resiko bayi anda untuk terserang diabetes di kemudian hari. Tubuh wanita hamil sangat mudah untuk menyerap gula dari makanan sehari-hari, karena itu konsumsi gula berlebihan dapat merusak metabolisme tubuh dan meningkatkan resiko diabetes pada ibu hamil. Bila bayi anda dikatakan kecil, maka lebih baik meningkatkan berat badannya dengan sumber gula yang ebih baik yaitu dari buah-buahan seperti pisang, pepaya, dll. Bayi dengan berat badan berlebih disamping akan sulit untuk dilahirkan, juga beresiko mengalami makrosomia atau bayi besar yang memiliki masalah metabolisme.

Masalah gizi dalam kehamilan merupakan masalah penting yang harus bumil konsultasikan kepada dokter kandungan anda baik sebelum hamil, maupun selama kontrol kehamilan. Pengaturan pola makan selama kehamilan pada setiap individu berbeda, anda akan menemukan pola makan sehat yang cocok untuk anda setelah berkonsultasi.

Apa yang anda dapat dari artikel ini? Dari paparan di atas para bumil sekarang sudah tahu bahwa “eat for two” hanya merupakan mitos dan pengaturan berat badan dilakukan bukan hanya sebelum hamil, melainkan juga setelah hamil dengan mengendalikan kenaikkan berat badan. Selain itu “makan yang manis-manis”, bukanlah pilihan diet yang menyehatkan karena meningkatkan resiko diabetes dalam kehamilan. Terakhir, pengaturan pola makan sebelum dan selama hamil harus menjadi bagian dari konsultasi dengan dokter anda.

Semoga bermanfaat.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun