Pagi sendu, aku duduk di sebuah bangku
Memandangi lara yang terlalu memaksa di matamu
Lama-kelamaan aku membentuk hujan
Meski kamu bilang, "Tidak butuh kasihan, bahkan dari Tuhan."
Manakala duka-duka lantas memenuhi isi kepala
Bolehkah aku pinjam kesedihanmu, Nona?
Di mana kehilangan telah cukup merobek hati
Izinkan puisi-puisiku menyatukannya kembali
Sebut saja aku bodoh, mungkin juga gila
Penyair hanya membaca tanda atas nama luka
Meski terkadang kepada nyeri itu sendiri aku benci
Ia yang kerap mengajak tersesat sebenar-benarnya, lagi dan lagi
Tetapi seperti belum ada yang terselesaikan
Ketika semuanya berawal dari kata, "Ditinggalkan."
Barangkali doa-doa adalah sebentuk guratan rasa
Saat kepedihan tak membuat kita menjadi apa-apa
Sumedang, 20 November 2024