Ah, aku terlalu teguh memahami, membiarkan nelangsa menyeruak, menari di dada kiri. Setelah badai berupa lara, getir itu meluluhlantakkan segala. Tak menyisakan apa-apa selain luka.
"Mungkinkah kepedihan telah jatuh cinta pada jiwa?"
Maka terus gempur aku, derita! Jangan pedulikan hujan yang bermain di mata. Biarkan elegi mengucapkan, "Selamat." Sampai pikiran sepi ini sekarat.
Lalu apalagi, selain menerima rengsa dan memasrahkannya dalam doa-doa. Berharap pada Sang Maha mengaminkan pinta, moga-moga duka tak lagi ada, tak lagi menyiksa.
Sumedang, 3 Februari 2023