Hei, engkau!
Yang taburkan noktah memukau
Di ladang nista menanam dosa-dosa
Di mana nurani? Sungguh kau tak tahu diri
Demi ambisi, kausulap duri jadi padi
Pemikat sesat
Menjerat dengan tipu muslihat
Hanya bisa ternganga
Ketika menyaksikan peristiwa
"Sialan," umpatku.
Caci maki lain sampai ke hulu
Duhai, amarah pun bertakhta
Lalu mengapa aku diam saja?
Bukankah segala tak cukup hanya bicara?
Sumedang, 3 April 2022