Katanya, "Bahagiaku tanpa pura-pura."
Kuakui keluguan itu benar adanya
Sungguh! Dia tak terusik warta meski sekujur badan meregang luka
Bila cinta sudah bicara, segala sesuatu dianggap seirama
Dusta tampak di depan mata, tetap berkata, "Bukankah rasa aku yang punya."
Dia punya asumsi, hati dan pikiran menepi
Keraguan menyelimuti, apalah arti?
Namun, ketika waktu tak merestui
Tiba-tiba berkoar salahkan dunia merasa jiwa paling tersakiti
Seolah cinta begitu kejam memberinya harga mati
"Ini salah siapa?" tanyanya dengan mata berkaca.
O, andai dianya sadar sejak lama
Bila cinta sudah ditipu daya, setia itu tidak akan ada
Ah, sudahlah ... mari lebih dulu berkaca!
Sumedang, November 2021