Jika saja hingga Minggu ini, tak ada juga pasien yang datang. Maka, klinik Beni akan segera ditutup.
Tepat jam 16:23 masuk ke klinik dr Beni, pasien yang bernama Rahmat ditemani isterinya yang bernama Ita Purnamasari. Inilah pasien pertama setelah 14 hari yang lalu ada pasien dengan keluhan ISPA.
Setelah diperiksa dengan seksama. Maka, diagnosa dr Beni. Pak Rakhmat di diagnosa menderita penyakit jantung.
Gejala itu, menurut diagnosa dr Beni, dimulai 12 tahun lalu. Itu artinya, seusia pernikahan Rahmat dan Ita Purnamasari.
Sebelum dr Beni menuliskan resep obat. dr Beni ingin tuan Rahmat bercerita, apa yang sebenarnya terjadi. Karena, menurut Rahmat dia adalah lelaki sehat sebelumnya. Tapi, kok selama dua belas tahun ini, kesehatannya semakin menurun dgn puncaknya sakit jantung.
Begini dok. Kata Rahmat memulai ceritanya.
Istri saya ini, memang isteri yang ideal, baik pada saya, cinta sama saya, pintar, cantik dan seksi.
Jikapun ada kelemahannya. Terletak pada perilakunya yang cerewet dan suka bersuara keras dengan volume yang tinggi.
Saya yang memang pendiam cocok dengan istri yang cerewet dan bersuara lantang, hingga tetangga kiri kanan mendengar jelas apa yang dikatakan istri saya.
"Apa yang Istri Pak Rahmat katakan?" Tanya dr. Beni.
Dia sering berteriak-teriak dengan keras dengan menyebutkan;
Dasar Rahmat jorok, kencing di kasur. Apa gak tau ya, cuci sperey itu berat. Belum lagi ngejemurnya gak bisa kering sehari.
Dasar Rahmat tidak punya otak, berak di lantai di dalam kamar. Apa gak tau ya, ngepel lantai itu berat. Belum lagi, bau nya itu gak hilang sehari.
Dasar Rahmat keturunan rampok dan maling, Ikan dibawah tudung saji, diembat juga, Apa gak tau ya, beli ikan itu mahal. Belum lagi gak setiap hari bisa dapat ikan segar di pasar.
Saya sungguh malu dok, setiap pulang kerja, dan pergi kerja, tetangga memandang saya dengan tatapan meremehkan. Seakan-akan saya, benar-benar jorok, benar-benar gak punya otak, benar-benar keturunan maling dan keturunan rampok.
"Lho...kata pak Rahmat tadi, istri Bapak baik, sayang sama pak Rahmat dan cinta pak Rahmat?" Tanya dr Beni heran.
"Benar dok, dia baik, sayang dan cinta sama saya" jawab Rahmat.
"Tapi, kok bisa begitu sama bapak? Bilang Rahmat jorok, gak punya otak, keturunan maling dan rampok?"
"Maksudnya itu, bukan pada saya dok" jawab Pak Rahmat.
"Lho...maksudnya gimana? Bukankah kalimat nya jelas, dia sebut Rahmat" kejar dr. Beni.
"Iya, tapi itu, maksudnya bukan pada saya dok"
"Lho,. Lalu, siapa? Emang ada orang lain lagi di rumah Bapak yang bernama Rahmat?" Kejar dr. Beni lagi.
"Gak ada dok" jawab Rahmat lagi.
"Lalu, siapa? saya jadi bingung dengan cerita pak Rahmat" kata dr. Beni lagi.
"Itu nama kucing saya dok. Istri saya, memberi nama kucing kami, dengan nama saya" jawab Rahmat lagi.
"Oooo... Kalo begitu masalahnya. Saya tidak jadi menuliskan resep untuk pak Rahmat. Karena obat yang pak Rahmat butuhkan tak ada di apotek yang jual."
"Lalu, apa obat untuk sakit saya ini dok?" Tanya Rahmat lagi.
"Bener pak Rahmat ingin sehat ?"
"Bener dok".
Kalo begitu, obat yang paling ampuh untuk kesembuhan pak Rahmat ini adalah menyingkirkan isteri pak Rahmat dari kehidupan bapak. Biang sakit pak Rahmat ini, adalah Ita Purnamasari.
Dia telah menginjak-injak harga diri Bapak. Bahkan, bukan berhenti disitu saja. Dengan teriakan-teriakannya memarahi kucing bapak, membuat bapak sering terkejut, gak siang dan tidak malam, juga, Bapak tidak mempunyai harga diri dimuka tetangga rumah Bapak.
Akhirnya, bapak dihinggapi sakit jiwa yang bernama paranoid.
Pilihannya sekarang hanya dua pak. Bapak ceraikan dia, atau bapak akan sakit terus hingga akhir hayat Bapak.
*****
Sore itu, Rahmat sedang duduk bersama tetangga barunya. Asyik ngobrol, membahas tentang reshuffle kabinet yang baru saja dilakukan Jokowi.
Kondisi Rahmat kini sudah pulih, dia sudah pindah kota. Memulai kehidupan baru yang sangat berbeda dengan kehidupan masa lalu nya bersama Ita Purnamasari.