Ketika usia saya beranjak 24 tahun, saya diajak Ibu '
pulang kampung'. Inilah pertama kali saya menginjakkan kaki di tanah kelahiran kedua orang tua. Tanah leluhur, Ranah Minang. Sejak tiba di Ranah Minang, seluruh alur cerita dalam Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck menghantui saya. Saya lebih banyak menghabiskan waktu untuk menapaki daerah-daerah yang disebutkan dalam lokasi Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Mulai dari Batipuh, Kota Padang Panjang, Stasiun Padang Panjang. Hingga, ketika tahun awal 80’an saya berdomisili di Jakarta, saya tetap mengejar Sang Idola,
Buya Hamka.
KEMBALI KE ARTIKEL