Dua hari sudah saya di Medan, kota yang pernah begitu akrab dalam kehidupan masa lalu saya. Pagi itu, selepas menikmati kopi sidikalang yang terkenal itu, salah seorang teman mengingatkan saya tentang Istana Maimun. Saya tersadar, ada sebuah ujaran yang mengatakan bahwa, belum lengkap mengunjungi Kota Medan, sebelum singgah di Istana Maimun. Analoginya, seperti belum sempurna mengunjungi Jakarta sebelum melihat Monas.
Sadar akan ketidaksempurnaan saya mengunjungi Medan, kami pun bergerak, dari Taman Merdeka, sebagai pusat Kota Medan, yang di Pulau Jawa disebut sebagai alun-alun. Menyelusuri jalan A. Yani, kami melalui kantor Harian Analisa, kantor harian yang punya kenangan khusus, di harian itulah, dulu pada tahun sembilan puluhan, setiap hari Jum’at, tulisan saya selalu muncul pada rubrik “agama”, sesekali pada hari Rabu dalam rubrik Budaya. Kenangan itu muncul kembali, begitu melintas di depan kantor Harian Analisa.