Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora Pilihan

Banjir Jakarta, Lurah Perempuan Tegalalur Tidak Pulang 8 Hari

22 Januari 2014   12:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:35 1514 18

Banjir besar Jakarta kemarin, meninggalkan cerita-cerita heroik, kepahlawanan. Bagaimana seorang tukang ojek di Kampung pulo sudah sepuluh hari tidak ngojek karena peduli dengan banjir yang terjadi di daerahnya. BPBN dan Damkar yang sibuk melayani masyarakat akibat banjir, masyarakat plus Birokrat yang bahu membahu, serta parpol dengan bendera partainya di tengah musibah. Apapun alasannya, apapun motivasinya, kita pulangkan pada masing-masing partai dan individu.

Hampir semua, cerita heroik kemarin, identik dengan pria, tenaga yang dianggap tahan banting dalam kondisi apapun, termasuk kondisi tidak normal, Banjir.

Anik Sulatri, MM yang lahir di Solo, 25 September 1969 ini, yang kebetulan berasal dari daerah yang sama dengan Jokowi, merupakan sedikit lurah di Jakarta yang memiliki prestasidan kepedulian yang perlu diacungi jempol, selain lurah Susan Jasmine Zulkifli yang menjadi lurah Lenteng Agung, lurah Sulastri, SE yang menjadi lurah Menteng. Kecamatan Menteng.

Kepedulian Anik Sulastri yang berpendidikan Magister Manajemen, serta dengan pengalaman  Wakil Lurah Kalideres (Mei 2012-Juni 2013), Sekretaris Kelurahan Tegalalur (Mei 2010-Maret 2012), bukan hanya pada saat banjir kemarian saja, tetapi beliau juga ikut aktif dalam pencegahan banjir yang akan datang, seperti pengecekan pekerjaan pengerukan kali Semongol.

Diakui Anik, bahwa pekerjaan sebagai lurah wanita, bukan pekerjaan ringan, karena masih ada anggapan dari masyarakat yang dipimpinnya, bahwa lurah perempuan identik dengan kelemahan, kurang gesit dan tidak bisa tegar dalam menghadapi masalah kemasyarakatan.

"Namun dalam perjalanan waktu mereka bisa menerima saya sebagai orang yang ingin memajukan wilayah," katanya. Meski demikian, suka dan duka tetap mewarnai perjalanan kariernya sebagai lurah.

Padahal jika saja kita mau mengakui, sudah bukan zamannya lagi mempersoalkan gender, prestasi bukan ditentukan olehgender, tetapi lebih pada kemampuan dan rasa tanggung jawab pada pekerjaan. Indonesia memiliki sejarah panjang tentang perempuan-perempuan perkasa. Sebut saja Anik Sulastri, Susan Jasmine Zulkifli, Sulastri, SE untuk jabatan lurah, Tri Risma Harini untuk Jabatan Walikota serta sejibun mentri wanita. Mereka tenaga-tenaga handal dengan prestasi yang mengagumkan. Alasan yang menyatakan mereka kaum yang lemah, juga sebuah anggapan yang tidak valid, sejarah membuktikan ada panglima perang wanita dari Aceh bernama Cut Nyak Dien. Ada pemikir handal RA.Kartini. Jurnalis Cerdas Indonesia, Rohana Kudus, dan masih banyak yang lain.

Salam menuju Indonesia lebih sejahtera, adil dan makmur

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun