Sebagai kebutuhan bilogis, sangat manusiawi kalau pejabat juga perlu penyaluran biologis. Tetapi yang menjadi masalah adalah kalau penyaluran biologis tidak mengikuti aturan agama. Demikian pula norma hukum positif perlu ditaati. Saatnya perlu dilakukan koreksi diri (terutama diri saya sendiri), bagaimana untuk tidak mencontoh perilaku jelek sang pejabat. Sehingga ke depan bangsa kita akan lbeih menghargai perempuan. Tidak satupun orang yang ada di dunia ini yang tidak lahir dari perempuan. Kecuali Adam dan Hawa. Tetapi setelahnya semua terlahir dari rahim seorang perempuan. Bahkan Nabi Isa yang tidak memiliki ayah tetap lahir dari rahim perempuan. Punya Ibu bahkan. Ini menunjukkan bahwa perlunya kita semua memperhatikan penghormatan perempuan. Termasuk dalam melampiaskan syahwat kepada perempuan. Kita tidak tau mungkin saja sang perempuan akan menjadi ibu anak kita.
Berikutnya, kita perlu instrumen yang memberikan perlindungan bagi perempuan dari kejahatan seksual. Sudah saatnya memberikan edukasi, pemahaman kepada setiap laki-laki bahwa perempuan itu adalah mitra. Termasuk mitra biologis. Sehingga memberikan penghormatan kepada perempuan sangatlah utama. Tidak dapat bentuk pendidikan formal tetapi yang paling penting adalah perilaku penghargaan terhadap perempuan perlu ditanamkan sejak diri. Sehingga ibu dan bapak menjadi guru pertama bagi setiap anak. Kejadian Bapak Bupati yang ada belakangan ini karena beliau belum menjadikan perempuan sebagai mitra kehidupan. Hanya semata-mata sebagai pelampiasan syahwat. Untuk itu, mudah-mudahan ini menjadi yang terakhir demi tegaknya negara kita. Kalaulah kita sudah menghormati perempuan, maka kemuliaan yang menjadi balasannya.