BERJUDUL asli Il Principe, buku karangan Machiavelli ini “terbit”sekira empat setengah abad lalu, 1512. Si penulis yang asli pribumi asli Flofence (Italia) merupakan seorang negarawan. Ia memimpikian sebuah negeri Italia yang menyatu. Pikirnya, persatuan itu bakal terjadi jika tampil seorang penguasa (pemimpin ideal) yang memiliki kuasa absolut, dan berani bertindak apa pun. Bagi Machiavelli, kategori pemimpin ideal tersebut adalah gabungan karakter antara Raja Louis XII, Pangeran Cesare Borgia, plus Paus Julius II. Louis XII, pribadi penyuka pembaharuan, namun asosial. Cesare Borgia terkenal pemberani juga kejam. Sedangkan Paus Julius II lancar dalam hal link, ia dapat menjaga kekuasaannya berkat bantuan dari luar.
Di Indonesia buku ini bertitel Sang Penguasa, didalamnya terdapat 24 sub yang menguraikan pengalaman-pengalaman raja-raja dunia. Menariknya Machiavelli memberikan polesan kritik di tulisannya. Secara gamblang, ia mengkritisi tiap satu “cerita”, menganalisa kurang dan lebih tiap-tiap bagiannya. Semisal dalam sub Kerajaan Gabungan (hlm. 6-16). Machiavelli mengatakan bahwa raja Louis XII memeroleh keberhasilan di Italia. Namun, ia kemudian melakukan lima kesalahan. Pertama, raja ini malah menghancurkan negara-negara yang lemah, padahal negeri-negeri tersebut siap menjadi koloninya. Kedua, ia menambah kuasa kepada seseorang yang sudah kuat dan berkuasa di Italia; Paus Alexander. Ketiga, memasukkan ke dalam negara seorang raja asing yang sangat kuat. Keempat, Louis tidak bermukim atau tinggal di Italia. Dan Kelima, ia gagal membangun koloni.Ada tiga garis besar yang dibicarakan Machiavelli dalam buku ini. Ia membahas secara lengkap semua ciri kerajaan dan menganalisisnya, mengapa kemudian kerajaan itu menjadi berkembang juga gagal. Lalu dijelaskan mengenai metode yang kerap kali digunakan kerajaan. Dan cara-cara atau praktik-praktik yang digunakan kerajaan dalam mengatur serangan atau mempertahankan diri.
Yang menarik dalam Sang Penguasa ini, bahwa buku ini sebenarnya adalah surat dari Machiavelli yang ditujukan kepada Lorenco de’Medicci (1492-1519), seorang bangsawan yang menjadi penguasa Florence pada saat itu. Di halaman kata-kata pembuka, Machiavelli sengaja mempersembahkan karya yang sudah ia tekuni dan pelajari dalam bentuk buku kecil sebagai tanda kesetiaan terhadap Lorenco de’ Medicci.
Karena buku ini tak lain adalah surat, jadi bahasa yang digunakan Machiavelli lebih pada ungkapan antar personal. Pembicaraan antara si penulis dengan orang yang tertuju sangat kental. Machiavelli selalu menggunakan kata saya dalam penulisannya. Hal ini tentu saja akan menimbulkan nuansa tersendiri bagi pembaca yang secara tidak langsung si pembaca bakal bisa memposisikan diri sebagai orang yang ditujukan oleh surat tersebut.
Pendalaman teori karya Machivelli di Il Principe layak diacungi jempol. Ia memusatkan telaahnya pada persoalan kerajaan, dengan analisa sintesis, antitesi, kemudian memberikan sintesis. Buku ini memang ditujukan untuk menjadi pegangan para penguasa. Namun perlu ditilik, bahwa Machiavelli adalah seorang negarawan yang menjadi tahanan pada masa Medici. Sejarah hidupnya, Machiavelli menjadi bagian dari pemerintahan dan aktif sebagai utusan diplomatik Florence pada Gonfalonier Piero Soderini 1494-1512, lawan politik keluarga Medici. Dan ketika Medici kembali merebut tahta Florence pada 1512, Machiavelli dicopot dari jabatannya dan dibuang selama setahun. Il Principe sendiri ditulis pada1513 sekembalinya Machiavelli dari pembuangan.
Terlepas maksud dan tujuan dipersebahkannya pada Lorenco de’Medicci, karya Machiavelli ini mempunyai kontribusi tersendiri dalam membangun kultur politik dunia. Ulasannya mengenai substansi kekuasaan, ketatanegaraan, organisasi militer dengan pernyataan yang kontroversialnya ternyata mampu menarik perhatian. Interpretasi Machiavelli tentang kekuasaan dalam buku ini, menimbulkan perdebatan yang tak kunjung usai terutama di kalangan pemikir yang mempertahankan hubungan interaktif dari moralitas dan kekuasaan. Imbasnya, muncul faham Machivellisme, yakni sebuah gerakan politik menerapkan ajaran-ajaran Machiavelli. Hal ini tentu saja menjadi tolak ukur bahwa konsep Machiavelli tentang kekuasaan memiliki memiliki pengikut tersendiri.
Dalam hal lain, buku ini ditujukan bagi para penguasa yang ingin mempertahankan kekuasannya dengan meniru pola serta cara pengelolaan kekuasaan yang pernah dipraktikkan oleh pakar-pakar strategi kekuasaan. Buku ini berusaha menunjukkan bahwa praktek kekuasaan yang nyata, tidak berhubungan dengan moralitas.
Judul buku: Sang Penguasa: Surat Seorang Negarawan Kepada Pemimpin Republik
Penulis: Niccolo Machiavelli
Penerbit :…
Tahun Terbit : Januari 1987, cetakan pertama
Halaman : 128 hlm