Sikap temperamen Ahok, menjadi daya tarik buat para kompasianer untuk menulis tentang Ahok. Berawal dari banyaknya tulisan tentang Ahok di kompasiana yang berisi kritikan, pujian dan netralitas, maka terbitlah buku ini. Â Mungkin saja pihak Kompasiana ingin mengulang sukses atas peluncuran buku sebelumnya tentang Jokowi "Jokowi bukan Untuk Indonesia" yang sudah terjual 5000 an eksemplar.
Mas Nurul, yang mewakili kompasiana mengatakan bahwa penyusunan buku ini tidak hanya fokus pada tulisan yang menyanjung Ahok, karena akan terasa hambar kualitas buku ini. Justru kritikan dan tanggapan 'miring' tentang Ahok akan bisa mewarnai buku ini.
Fadjroel, yang hadir sebagai pembicara yang mengulas buku ini sangat menekankan agar melihat Ahok jangan melihat china atau warna kulitnya tetapi lebih melihat bagaimana Ahok bekerja untuk Jakarta. Fadjroel yang juga pendukung Jokowi ini lebih tertarik mengajak audiens agar tak lagi mengkotak kotakkan seseorang berdasarkan suku, dan warna kulit dalam membangun bangsa ini.
Ada tulisan menarik yang ditulis oleh sepasang suami istri yang juga kompasianer dari Manado, Heidy Sengkey yang berjudul "Ahok Bukan China Indonesia tapi Cinta Indonesia", dalam tulisannya mereka mengagumi Ahok sebagai pemimpin yang tegas dan berani, ada penggalan paragraf yang saya suka dari tulisan kompasianer dari Manado ini :