Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Sebuah Kisah

30 Desember 2011   14:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:33 204 0
Harus ku bilang aku terkejut sekali saat kamu massage tanggal 16 oktober 2011 “alhamdulillah keinginan pulangku dapat dimengerti mereka semua, bahkan anaknya bosku menanggung semua biayanya, jadi kemungkinan akhir bulan ini”. Memang sebelumnya aku berharap sekali kamu pulang secepatnya tapi tak kuduga secepat itu, saat itu aku berpikir 2 minggu kedepan kita bisa bertemu, bertatap muka, sesutau yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya akan terjadi secepat ini, sungguh sangat mengejutkan.

Aduh semula aku berfikir masih ada waktu satu tahun dari hari ini, masih ada waktu untuk persiapkan sesuatu, tersentak, kaget bercampur jadi satu, jujur saja ketika memang harus menunggu sampai satu tahun kedepan dan tanpa kepastian adalah sangat berat bagiku, setiap hari berkomunikasi setiap kali mengamati dan berusaha mencuri perhatianmu dalam wahtu 365 hari adalah hal yang tidak  yakin bisa kulakukan, apakah aku mempunyai stamina untuk selalu saja enjoy dan nyaman dengan diriku, aku adalah manusia biasa yang kadang jenuh, lesu dan tidak terkendali, yang ini semua pasti membuat upaya ini terkendala,

Diantara sedih dan gembira mendengar kabar itu aku langsung tersentak bangkit, “harus berbuat sesuatu”, mengumpulkan serpih2 yang berserak diantara teman2 bagiamana aku harus bangkit sebagai sebuah bentuk tanggungjawab untuk mempersiapkan masa depan bersama denganmu seperti yang aku harapkan. Sejauh upaya bangkit itu ada yang bisa di harap, alhamdulillah, semoga segala perencanaan lancar dan selalu dalam ridlo-Nya.

Selanjutnya harap dan cemasku sepertinya bersambut dengan positif dan denting2 hatiku mengalunkan nada indah tatkala dalam sebuah puisi yang kubuat dan kukirimkan khusus untukmu berbalaskan kata “jadilah kau pendengar dan penyaksi cerita-cerita dan perjalananku selama aku  masih mampu kau kenali” jujur saja saya harus mengartikan ini adalah bertambahnya peluang penerimaanmu apalagi selanjutnya dalam berbalas massage, ada salah satu diantara massagemu yang bertuliskan kata kata “aku gak bawa oleh-oleh buat sampean, emang pengen apa barang cilik-cilik  ae gelem ?” wah bagiku kalimat ini bagaikan sejuknya air surga.

"Sementara ini kita jalan seperti biasa saja" adalah balasan yang kuterima sekitar limabelas tahun yang lalu saat aku katakan “maukah kamu menikah denganku ?” pada seseorang. Saat itu aku terlalu bodoh untuk memaknai katakata itu, kata-kata itu kumaknai sebagai sebuah penolakan dari seseorang yang saya harapkan menjadi pendamping hidupku saat itu. dan itu sangat aku sesali dan aku sekarang tidak mau salah lagi memaknai apa saja yang kamu ungkapkan, dan saya berusaha untuk selalu positif thingking bahwa yang akan terjadi diantara kita adalah semua mungkin, semakin dekat untuk saling terikat.

Hanya Tuhan yang tau dan yang punya rencana tapi tidak ada salahnya maqluk berusaha dan berdoa dan semoga kita semua selalu dalam ridlonya, barangkali sering kita dengar antara benci dan rindu itu tidak terpisahkan, barangkali juga sering kita dengar bahwa ketika ada cinta disitu pula ada benci. salahkah aku bila mengatakan bahwa cintaku itu adalah cinta suci yang telah lepas dari rasa benci dan rindukupun adalah rindu sepenuh hati yang telah terlepas dari belenggu yang bernama benci

c' es

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun