KOMENTAR
Puisi
Pilihan
Seulas Senyum dan Pohon Kersen
10 Januari 2022 20:31
Diperbarui: 10 Januari 2022 20:37
233
8
I Hari ini mendung teduhi langit kotaku Awan hitam menggantung asa untuk segera gantungkan abju Tas, jaket, dan laptop telah dikemas hangat di punggung Ku hentikan angkutan kota depan sekolah berpacu dengan hujan yang turun satu-satu Ah, aku sudah aman, lirih kuucap syukur untuk tahap pertama II Bersama bapak supir aku menggantang sepi Kami sibuk dengan percakapan dalam hati Ku lihat beberapa kendaraan jajari langkah dan mendahului Pak sopir mungkin sibuk dengan jumlah setoran yang harus dikejar Sedangkan aku? sama saja aku juga sibuk dengan daftar dosa-dosa III Tiba di ujung tatap, ku lihat hujan turun begitu deras Pohon kersen dengan buah kecil ranum memerah melambai Tidak ku sangka kendaraan ini berhenti tepat di bawah rimbunan kersen Bapak sopir kembali ke alam sadar dan tersentak "Maaf, Neng! mobilnya mogok, ... terpaksa harus turun di sini." IV Otakku terasa kaku, lidahku juga terasa kelu Tak ada kata yang mampu terucap, mereka semua sembunyi Hujan badai, uang tersisa satu lembar bergambar proklamator Penumpang hanya diri dan jiwaku seorang diri Tanganku tiba-tiba saja sibuk menggapai recehan, namun nihil V "Gak apa-apa, Neng! gak usah bayar, maaf tidak sampai ke tujuan." Bapak sopir dengan keriput dan pasi di wajahnya berucap penuh ketulusan Empati dan simpati di mata tuanya terpancar indah penuh ketulusan Suaraku tercekat di tenggorokan Satu lembar berwarna merah itu, tercekat di kepitan telunjuk dan ibu jari VI Butiran hujan terasa kasar menghantam punggung Sebuah keinsyafan memukul nuraniku Betapa hati yang indah itu tidak memandang rupa dan harta Seulas senyum tulus penuh keikhlasan lahir dari jiwa yang sederhana "Kang, titip Mbak ini ke Jatihurip." Seru bapak sopir VII Dari angkutan yang ku tumpangi bersama rintik hujan dan rintihan angin Tatapku mengabur beradu dengan linangan air mata Sosok bapak tua dengan background rimbunan kersen dan buahnya yang memerah Seulas senyum dan lambaian tangannya membuat keangkuhanku hancur "Terima kasih, Bapak! Semoga Illahi membalas semua kebaikanmu." Sumedang, dibawah guyuran hujan Januari 2022
KEMBALI KE ARTIKEL