KOMENTAR
Puisi
Lelaki Tua, Rumah Tua, dan Kisah Tua
31 Desember 2021 09:19
Diperbarui: 31 Desember 2021 09:35
158
5
Aku lihat dia Saat petang menyapa berselimut senja Tatapnya kosong Tularkan sunyi pada semesta Hipnotis sepi hingga mematung Kala itu Adrenalin-ku kaku-kaku Arteri rasa seperti mati Saat dia  ambil posisi duduk mencangkung Bertopang dagu terlihat pilu Tangannya terlipat hingga ke pundak Siapakah dia? Ada tanya menjengis dalam benak Kutepis sendiri Ah, sudahlah apa urusanku Tapi, hingga di ujung bulan Lelaki tua itu tidur dalam ingatan Saat mentari berlari Aku antar rasa penasaran ke rumah tua itu Hanya sekedar memastikan Apakah dia baik-baik saja Ataukah sepi telah menikamnya semalam? Lelaki tua dan rumah tua Sinergi lengkap tentang hampa Saat waktu menagih bayaran Atas hidup yang disia-siakan Kini yang tersisa hanya nir Kupanggil informasi ke kamar tanya Harus ku ambil perhitungan dengannya Lelaki tua itu telah mengambil kasurku Dia penuhi semua ruang dalam memori Dia tancapkan hegemoni keriputnya Ke dalam hati dan jiwaku Kata angin : Lelaki ini adalah pencuri batin Dia ambil hati istrinya Untuk ditaruh dalam peti kebohongan Hingga suatu hari Semua wadah telah penuh Hingga kebohongan tidak punya tempat lagi Lelaki tua ini Julurkan tangan sepanjang jalan Kala orang datang dan memujinya Tapi dia akan melipat tangan itu Hingga ke pundak Hanya sikut;  dia biarkan tampak Saat nafkah meminta jatah Padahal, perutnya sendiri juga harus diisi Lelaki tua ini Hidup berdua ego Dia tidak butuh siapa pun untuk dibahagiakan Kecuali dirinya, dirinya, dan dirinya Dia hanya peduli pada uban dan ikat pinggang Apa yang orang katakan tentang busananya hari ini
KEMBALI KE ARTIKEL