KOMENTAR
Puisi
Pilihan
Balada Ibu yang Menjahit Luka
29 Desember 2021 20:12
Diperbarui: 29 Desember 2021 20:16
192
6
I Dalam waktu sepeminuman teh Suar dari tungku membumbung Kujilat sesak yang tiba-tiba hadir Isi relung kosong dalam cangkirku Tak ada luka dalam file kenangan Yang ku rekam tanpa jelak Bergedik angin hempaskan aroma bunga Kala Ibu usap punggung anaknya Kata-kata sudah pulang Yang tertinggal hanya tanda baca Ibu tidak bisa lagi mengambil benang Sudah tandas dibopong Sang pemberi luka II Hati sobek itu tidak sakit lagi Ada benang putih yang tersulam dalam perih Torehan luka itu tak lagi berarti Selalu ada jarum untuk penawarnya Air mata dalam telaga masih penuh Walau bulan mulai pasi dan keriput Tangan-tangan diksi lepaskan tanda seru Menyuruh Ibu menjahit sekali lagi Apakah matahari akan terbenam? Didekap pelukan malam yang merah Kau bilang luka itu kini bernanah Lantaran Ibu menjahit tanpa betadine III Hati langit sudah kebas Darah kering kini pucat Obat itu bernama waktu Luka lama kini sisakan parut Bulan tidur dalam luka baru Balutan perban sisakan sesal Ibu membakar senyum di tungku Teh aroma melati diseduh lagi IV Senja bertamu mengirim benang Kali ini jarum marah ucapkan lelah Dia lukai pamidangan yang terisak Ibu hanya bisa mengusap dada Maap, Nak! kali ini Ibu tak lagi bisa menjahit Coretan takdir bukanlah luka Bahagia-mu adalah tangis-mu Kata-kata menjemput tanda baca Aku kini berdiri diatas luka-ku Jarum motivasi ku tancapkan dengan yakin Ya, aku kini Ibu yang menjahit luka Memori lalu dan luka anak-anakku Sumedang, Ujung Desember 2021
KEMBALI KE ARTIKEL