Mohon tunggu...
KOMENTAR
Parenting Pilihan

Bangganya Menjadi Ibu Baru Bersama 16 Tahun Kompasiana

5 Oktober 2024   10:58 Diperbarui: 5 Oktober 2024   11:15 32 2
Sudah selama 2 tahun terakhir ini saya menjadi ibu. Menyandang statusnya membuat saya banyak belajar bahwa tidaklah mudah untuk dijalani.

Memang sebelum melahirkan dan membesarkan buah hati, ada bayangan dan ketakutan dengan fenomena baby blues. Pasti dengan niat dan mendekatkan diri kepada Allah SWT akan dimudahkan jalannya.

Namun setelah dijalani ternyata stress akibat lapar yang ditahan, lelah yang di rasa menjadi penyebabnya. Perasaan kalut dan mudah sekali emosi jadi mudah bersarang di hati. Terutama nahan pipis saat menyusui, cukup di kondisi prihatin kalau begini.

Sabar ya mom, sesaat saja kita tahan. Jika sudah selesai menyusui semua hajat bisa kita tunaikan dengan segera.

Tak disangka kini buah hati saya sudah berlatih membaca surat al-fatihah. Meski masih sangat terbata-bata. Sesekali juga bisa mengikrarkan apa yang ia minta. Apalagi saat saya menulis dan membaca dia juga bergelondetan memandang tulus ikut meniru.

Secara sadar melihat pengalaman saya mengasuh, banyak hal yang begitu sayang dilewatkan. Apa lagi sekarang di fase unyu-unyu.

Dukungan dari orang terdekat untuk bisa merangkul ibu baru untuk membersamai sikecil.

Yang selalu saya tanamkan dalam hati ialah, balasan surga sebanding apa yang kita kerjakan selama ini. Itulah alasannya mengapa surga di telapak kaki ibu. Tidak ada harga apapun yang mampu membalas ketulusan yang ia beri. Kasih sayang yang tidak pernah menipu, apa yang ada tampak tulus dari keluasan hatinya.

Pekerjaan yang memerlukan banyak sekali energi, ilmu dan dibutuhkan sepanjang waktu. Disipilin ilmu untuk menjadi ibu yang ideal sangat terbatas atau bisa jadi ilmu pengasuhan dekat sekali dengan keimanan.

Meningkatkan keimanan dan mempertajam ilmu lalu menjadi ibu adalah sisi lain untuk menempuh derajat ketaqwaan. Barangkali memang berliku jalannya.

Orang-orang spesial diberikan ujian yang juga spesial begitulah prinsip hidup. Saya ingin memberikan perhatian lebih kepada buah hati. Dengan segenap perjuangan yang optimal.

Sepenuhnya saya akan jalani sebaik mungkin profesi menjadi ibu. Full mom istilah sekarang, selain kesempatan membersamai anak tidak dua kali ada alasan untuk melindungi dan memberi pemahaman utuh tanpa ada luka berikut dengan traumanya dan hutang pengasuhan.

Buah jatuh memang tidak jauh dari pohonnya, pepatah lama ini tidak sepenuhnya benar. Pelajaran penuh makna dari Al-Qur'an telah mengabadikan iman tidak bisa diwarisi dari insan yang bertakwa. Kisah Kan'an anak Nabi Nuh telah mewakili bagaimana anak menentang aturan Allah dan binasa karenanya.

Dia mengikuti jejak ibunya yang sama-sama turut membangkang. Harapannya, kita bisa mengambil pelajaran untuk bisa menjadi contoh dan teladan yang baik.

Sebuah studi konseling dari Biro Konsultasi dan  Pemeriksaan Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta menunjukkan seorang ibu yang punya waktu untuk mengasuh putra-putrinya lebih berhasil dan tangguh dalam menghadapi kesulitan kehidupan.

Namun, ketika mengasuh anak ketiga ibu tersebut sibuk dengan wirausaha yang digelutinya dan anaknya diserahkan oleh pengasuh. Hasilnya anak tersebut menjadi lebih mudah menyerah terhadap situasi dan keadaan. Apabila diperlukan ia akan menawar kepada orang lain untuk tidak melakukan pekerjaan yang tidak disukainya.

Apabila dibiarkan akan mengalami rendahnya motivasi untuk berkembang. Tentu ini ada kaitan erat dengan hubungan emosi.

Tentunya untuk menstabilkan tumbuh kembang anak dibutuhkan juga ibu yang tangguh. Energi-energi positif dari ibulah yang mengalirkan ke anaknya. Lebih dekat, lebih erat.

Menurut WHO di seluruh dunia sekitar 10% ibu hamil dan 13% ibu yang baru melahirkan mengalami gangguan mental, terutama depresi. Di negara berkembang angka ini bahkan lebih tinggi, yaitu 15,6% selama kehamilan dan 19,8% setelah melahirkan.

Meskipun demikian, ada beberapa cara untuk kita tunjukkan menjadi ibu yang bahagia dan menyenangkan.

1. Dukungan dari pasangan

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun