Dua gundukan tanah merah itu masih basah, tak ada taburan bunga, tak ada sambutan dan do’a. Hanya sepi dan tancapan kayu keropos sebagai tanda ada mayat di dalamnya. Angin berdesir pelan ketika satu persatu pelayat meninggalkan area pemakaman. Salah satu dari mereka, yang tak lain adalah ibu dari kedua mayat tersebut meyakini, hembusan angin itu adalah sayap dari kuda terbang yang putih keperakan. Menjemput roh-roh suci yang baru saja meninggalkan jasadnya. Sekilas, bibirnya menyunggingkan senyum tipis.