Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Mencontek Massal Berbuah Masam

16 Juni 2011   03:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:28 106 0
[caption id="attachment_114493" align="alignleft" width="269" caption="Ibu Siami, "][/caption] Tersentak saya membaca berita di detik.com, bahwa seorang ibu melaporkan guru kelas anaknya, pasalnya si anak "dipaksa" gurunya untuk memberi contekan pada teman - temannya. Alhasil, si Ibupun diusir dari kampungnya oleh warga sekitar, beserta keluarganya tentunya. warga tak rela dikatakan anak - anaknya dapat contekan dari Alif, putra ibu Siami tersebut. Dinas Pendidikan setempat kebakaran jenggot. Merasa dipermalukan oleh ulah gurunya, dan dicopotlah 2 guru kelas 6nya beserta Kepala Sekolahnya. Banyak simpati mengalir kepadanya, dan Ibu Siamipun mendapat predikat "Pahlawan Kejujuran" Ah, justru saya mempertanyakan predikat ini. Apa benar Ibu Siami pantas mendapatkan predikat ini? Ditinjau darimana? Siapa sih yang begitu responsif menjulukinya demikian? "Kejujuran" yang digaungkan oleh Ibu Siami ini membuahkan sebuah keputusan yang sejatinya begitu berat, tidak hanya untuk anak - anak (murid - murid), tetapi juga guru dan dinas pendidikan. Bagaimana tidak? Ujian Nasional yang telah menjadi momok menakutkan itu HARUS DIULANG! Saya teringat murid - murid saya, menjelang Ujian Nasional kemarin, banyak anak yang mendadak sakit. Sebagian mengaku stres hingga kehilangan nafsu makan dan fisiknyapun drop. Ujian Nasional menjadikan mereka ketakutan kalau - kalau mereka tidak lulus hanya karena nilai ujian yang rendah. Meskipun sudah dijelaskan bahwa nilai kelulusan adalah 60% nilai ujian dan 40% nilai harian, tetap saja mereka merasa "keki". UNAS yang hanya 3 hari itu ternyata mampu menjatuhkan mental para siswa peserta ujian. Sejatinya, bukan hanya siswa yang merasa keki, namun juga pihak sekolah. Karena nama baik sekolah mereka akan menjadi taruhannya. wajarlah jika kemudian ada pihak - pihak (guru sebagai bawahan dari Kepala Sekolah), menghalalkan segala cara (diantaranya dengan mencontek massal itu) demi menjaga citra sekolahnya. Sayangnya hal ini dianggap lumrah oleh sebagian pihak. Mencontek massal dianggap sebagai sebuah perjuangan menuju kesuksesan. seakan - akan tanpa mencontek mereka tidak akan berhasil. Dengan mencontek, maka nama sekolah akan terangkat, walhasil akan semakin banyak calon siswa yang mendaftar di sekolahnya. Sesungguhnya ini adalah dilema bagi sekolah. Di satu sisi, pihak sekolah ingin menyelamatkan nama baiknya, di lain sisi, hal yang digunakan adalah ilegal. Meskipun jauh sebelum pelaksanaan UNAS ini pihak sekolah sudah mengadakan tambahan pelajaran setiap hari, tapi toh mereka masih keki menghadapi "perangnya". Menurut dugaan saya, yang dilakukan oleh guru di SD Gadel 02 itu tidaklah dikomunikasikan dengan baik kepada murid - murid maupun orangtuanya. Akibatnya, orangtua yang merasa anaknya pintar dan "dikorbankan" tidak terima, kemudian dengan lantang menyerukan "kebobrokan" ini. Bagi sebagian orang, mencontek massal itu adalah sebuah perjuangan, bukan kelicikan. Namun bagi saya, itu adalah perjuangan yang licik. Bagi SD Gadel 02, "kejujuran" Ibu Siami sangatlah menohok perasaan para siswa, wali murid, guru, dan dinas pendidikan. Meski sudah banyak yang membuktikan bahwa contekan yang diberikan oleh Alif tidaklah digunakan oleh seluruh siswa, melainkan beberapa siswa saja, dan itupun tidak 100% dicontek, tetapi toh dia sudah terlanjur dicap sebagai pahlawan. Suka atau tidak, kebenaran versi Ibu Siami lebih "dipercaya" daripada kebenaran versi guru - guru dan murid. mau atau tidak, toh akhirnya mereka akan mengulang Ujian Nasional. Siap atau tidak, para wali murid harus terus mengawasi dan membimbing anak - anaknya belajar lagi. Terimakasih Ibu Siami, berkat kejujuranmu kami akan terus belajar kembali! kira - kira begitulah yang kan disampaikan anak - anak "korban" kejujuran itu ....

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun