Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kebijakan

Pembenaran atau Kebenaran?

19 Mei 2011   18:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:27 87 0
Saya pernah bersitegang (tepatnya berdiskusi panas) dengan seorang kawan yang baru saja menyerahkan uang pada seseorang yang akan mengantarkannya menjadi PNS (dia tidak mau disebut menyogok). Pro dan kontra antara saya dan dia diawali dengan kalimat saya yang nyletuk bilang "Kok kamu gitu sih?"

Dia nampak terperanjat , dan dengan muka tidak senang dia bertanya, "Memangnya salah?". "Iya dong" jawab saya. Lalu ia melemparkan argumen - argumen yang menurut saya terlalu dibuat - buat. "Itu adalah hal yang lazim jaman sekarang ini. Untuk formasi 2 orang saja yang mendaftar bisa ratusan orang. Berapa kans saya? Kalau saya memberi hadiah kepada orang yang akan meloloskan saya, bukankah itu sebuah ihtiar?"

Saya menarik nafas panjang. "Itu gratifikasi" jawab saya pelan. "Seandainya orang itu tidak akan membawamu menjadi PNS, apakah kamu mau memberinya uang sebanyak itu?". Tentu saja ia menjawab tidak, yang kemudian pada akhirnya mengatakan saya sok suci. Iapun menambahkan bahwa saya tidak sekaya dia sehingga wajar jika saya "iri" dengannya. (Okelah, saya memang tidak kaya, tapi saya tidak iri terhadap aksi suapnya itu).

Saya mengkalkulasi, dengan uang sebesar itu, maka 8 atau 10 tahun ke depan ia hanya akan "makan" dari uangnya sendiri. Bandingkan jika uang itu digunakan untuk berbisnis, dalam jangka waktu 8 tahun ia sudah mendapatkan kembali modalnya plus dengan keuntungannya. Namun ia berkilah bahwa ia memikirkan jauh kedepan, saat ia pensiun, masih ada yang diandalkan sebagai penghidupan. Dan dia tidak sendiri, banyak orang lain yang berpola pikir seperti itu.

Di akhir diskusi saya tanya, "Jadi menurutmu hal itu adalah benar?". Tepat seperti dugaan saya, tidak mengiyakan pertanyaan saya. Ia hanya mengatakan itu adalah hal yang wajar, dan ribuan orang yang lainpun melakukan hal yang sama.

Saya menarik kesimpulan dari diskusi ini bahwa sebenarnya dalam hatinya ia tahu jika hal ini tidaklah benar. Ia tidak mencari kebenaran, hanya mengumpulkan pembenaran - pembenaran untu "melegalisasi" aksinya

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun