Kenapa? Karena, ia bukan hanya meneliti tradisi menenun masyarakat Batak. Tapi, ia jatuh cinta
sungguhan pada Tapanuli, pada masyarakat nun di Sumatera Utara sana. Ia pernah tinggal lama di kampung-kampung di seputar Danau Toba. Warga yang menjadi narasumber penelitiannya, dengan rela meluangkan waktu untuk diwawancarai, memberikan informasi, bahkan memberinya tumpangan dan makan. Itu berlangsung sekitar 30 tahun silam. Kini, Sandra Ann Niessen kembali ke kampung-kampung di tepian Danau Toba. Bukan untuk penelitian. Tapi, untuk
mengembalikan pengetahuan tentang tradisi menenun para leluhur masyarakat Batak, yang ia terima sekitar 30 tahun yang lalu, kepada kalangan muda Batak yang belum pernah menyentuh alat tenun.
KEMBALI KE ARTIKEL