Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Akar yang Tersembunyi, Kekuatan Kaum dibawah Permukaan

6 Desember 2024   06:30 Diperbarui: 6 Desember 2024   07:43 69 2
Berbicara soal arus bawah, tentu yang terbesit dalam benak kita adalah istilah yang menggambarkan suara-suara, aspirasi atau pun gerakan yang muncul dari lapisan masyarakat yang tidak selalu mendapatkan perhatian dari pemegang kekuasaan.

Misalnya dalam konteks negara, Masyarakat kecil, kaum marginal, ataupun mereka yang tidak memiliki akses untuk ikut andil dalam pengambilan keputusan, merupakan contoh bagian dari arus bawah yang seringkali terabaikan.

Kenapa arus bawah ini bisa muncul? Apakah ini merupakan bentuk dari protes sosial? atau kah bagian dari kritik terhadap kebijakan yang dianggap tidak adil? Jawabannya iya. Misalnya suara para buruh yang menuntut upah layak, atau perjuangan para petani yang melawan korporasi besar yang hendak merampas tanah mereka.

Menurut saya, Gerakan arus bawah ini nampak kecil, namun dapat mengguncangkan tatanan kekuasaan, apabila dilakukan secara terorganisir. Misalnya pada gerakan revolusi 1998 yang menggulirkan presiden Soeharto dari kursi kepresidenan.

Selain itu, ada juga peristiwa revolusi Prancis yang menjadi salah satu revolusi besar yang terjadi di benua eropa, dan mengapa peristiwa ini bisa terjadi? Sebab tuntutan dari rakyat jelata dan bejouis yang sangat terbebani dengan kebijakan raja nya.

Kedua kejadian tersebut, dapat memberikan contoh nyata bahwa arus bawah dapat menjadi motor perubahan, dan menjadi kesalahan fatal apabila mengabaikan arus bawah, karena di satu sisi akan kehilangan potensi besar yang dapat membawa perubahan positif.

Arus Bawah dalam Organisasi

Fenomena serupa juga bisa terjadi pada organisasi, Saya mempunyai kawan yang merupakan salah satu pimpinan di sebuah organisasi, Beliau mengatakan dalam berbagai struktur organisasi, terutama yang hierarki, akan terdapat anggota yang merasa suaranya tidak didengarkan oleh pimpinan.

Mereka akhirnya merasa terpinggirkan karena latar belakang, pandangan ataupun pendekatan yang berbeda dari mayoritas. Hal ini seringkali menimbulkan jarak emosional antara anggota dan pimpinan, yang pada akhirnya akan merusak harmoni organisasi.

Suatu ketika kawan saya tersebut, mendapati pengakuan dari salah satu anggotanya yang merasa terpinggirkan, dan mengakibatkan si anggota tersebut untuk vakum dari organisasi untuk beberapa waktu. Hal tersebut sangat miris, sebab keberadaan anggota sangat vital dalam sebuah organisasi. Bayangkan saja kalau semakin banyak anggota vakum akibat keberadaan nya yang merasa terabaikan, sudah bisa dipastikan akan runtuh organisasi nya.

Lantas, bagaimana kawan saya tersebut menyikapinya? Tentu dalam konteks tersebut seorang pimpinan harus bisa mendengarkan dengan empati, karena itu menjadi langkah pertama untuk menjembatani jurang tersebut.

Dan perlu disadari bahwa kekuatan organisasi terletak pada keberagamannya. Maka, ketika ada anggota yang didengar, dihargai, dan diberikan ruang untuk berkontribusi, mereka akan tumbuh menjadi motor penggerak yang solid. Dalam hal ini, seorang pimpinan bukan hanya sebagai pengambil keputusan, akan tetapi juga menjadi fasilitator yang mengelola energi arus bawah agar menjadi kekuatan kolektif yang konstruktif.

Belajar dari Arus Bawah

Tanpa adanya arus bawah (masyarakat atau anggota), suatu pimpinan tidak akan berarti apa-apa. Maka penting bagi seseorang yang memang dimandatkan untuk menjadi pimpinan agar dapat mengayomi.

Dalam Al-Qur'an dijelaskan bahwa pada surat an-Naas mengandung ilmu tentang bagaimana memimpin masyarakat atau kelompok, atau bagaimana bersikap kepada orang lain.

Manakah yang harus didahulukan? sebagaimana urutan ayatnya, adalah mengayomi (Robbin Naas), lalu kalau terpaksa baru memakai kekuasaan (Malikin Naas), dan jika terpaksa lagi baru menggunakan kekuatan (Ilahin Naas).

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun